Alhamdulillah... hari ini terakhir masuk kantor sebelum libur lebaran dan ini juga part terakhir dari Catatan Si Insecure. Setelah kita bahas siapa saja yang berpotensi mengalami insecure, apa saja penyebabnya, bagaimana tanda-tandanya. Di part ini kita akan sama-sama belajar bagaimana keluar dari rasa insecure tersebut, langkah-langkah apa saja untuk mengatasi rasa tersebut.
Sekedar tak pede untuk bicara di depan umum bisa dilatih dengan mengikuti public speaking. Namun jika rasa tak percaya diri itu berasal dari berlapis-lapis kendala psikologis yang telah berlangsung bertahun-tahun, tentu tak cukup hanya dengan kata-kata afirmasi. Ada banyak yang harus dibongkar dari mindset termasuk melatih emosi-emosi negatif agar terkendali lebih baik.
1. Mencintai Diri Sendiri
God said, "love your enemy." I believe in Him And then I love myself ~Kahlil Gibran~
Musuh terbesar dari seseorang adalah dirinya sendiri. Kita benci diri sendiri lantaran fisik tak semenawan selebriti di televisi, kita benci diri kita lantaran tak pandai bergaul sehingga tak memiliki banyak teman, kita benci diri kita karena tak punya prestasi apa-apa di sekolah dan sederet alasan lain yang sebenarnya hanya perasaan kita saja. Saat kita mencintai seseorang dengan tulus seharusnya cinta itu tanpa syarat termasuk saat mencintai diri sendiri tak harus memiliki syarat berat bahwa diri kita harus sempurna. Coba bercerminlah, amati baik-baik dan temukan hal-hal indah yang telah Allah titipkan pada diri kita, hitunglah jumlah kelebihan yang ada di diri kita dan cintailah kelebihan-kelebihan itu. Yakin deh setiap diri kita itu unik dan pasti setiap manusia memiliki kelebihan yang hanya belum terlihat saja karena tertutup oleh setumpuk rasa tak percaya diri.
2. Berbaik Hati Pada Diri Sendiri
Ada tipe orang yang bisa memanjakan diri sendiri tapi ada pula yang sebaliknya terlalu memikirkan orang lain sampai lupa menyenangkan diri sendiri dan itulah si insecure. Padahal tidak ada salahnya untuk sesekali memanjakan diri atau istilahnya self reward. Aku pun pernah berada di posisi itu apalagi stelah menjadi ibu, kepentingan anak menjadi prioritas melihat pakaian suami atau anak yang sudah mulai lusuh aku sibuk mencarikan yang baru sampai aku tak sadar bahwa dasterku saja sudah mulai lusuh dan robek. Suami juga begitu kadang mau beli celana saja yang memang sudah jadi kebutuhan pokok jika tidak dipaksakan ya ga jadi-jadi, ada saja alasan untuk menunda kebutuhan pribadi anak butuh inilah, ada kebutuhan yang lebih urgent lah. Jadi selagi tak berlebihan dan masih dalam batas wajar tak apalah memberikan self reward untuk diri kita, jika lelah istirahatlah sejenak bolehlah rumah sesekali tak harus selalu rapih yang penting sebagai ibu kita tetap waras.
3. Mencoba Perbanyak Teman
Rasa insecure bisa jadi karena seseorang kurang referensi dalam menimbang sesuatu. Merasa buruk dan kurang di berbagai sisi padahal diluar sana ada yang mungkin lebih buruk dari kita, lebih bodoh tapi mereka tetap pede aja. Memiliki teman dari berbagai jenis atau rentang usia bisa memberikan pengalaman yang lebih beragam. Teman yang lebih tua bisa memberikan pengalaman hidup yang berharga, teman yang lebih muda bisa menularkan semangat dan kreativitasnya. Berteman dengan yang kaya bisa belajar tentang bagaimana mencapai kesuksesan finansial, berteman dengan kalangan menengah kebawah akan membuat kita lebih bersyukur. Bila kita terlalu lama sendiri, terkungkung dalam tembok-tembok imajinasi yang dibangun sendiri bisa jadi rasa insecure akan meningkat karena kita akan lebih fokus hanya dengat maslah pribadi yang ruwet dan rumit.
4. Bergabung Dengan Komunitas
Salah satu penyebab rasa insecure salah satunya karena merasa tidak kompeten, tak memiliki keahlian atau ketrampilan tertentu. Untuk itu ada baiknya dicoba untuk bergabung ke dalm sebuah komunitas tertentu untuk mengasah ketrampilan sesuai dengan minat atau hobi kita. Alhamdulillah aku sendiri sempat bergabung dengan beberapa komunitas menulis yang walau pada akhirnya harus off dulu semuanya karena kesibukan mengurus anak dan pekerjaan di kantor. Dari komunitas tersebut aku jadi lebih bisa mengasah kemampuan menulisku dan bisa menghasilkan karya yang memberikan rasa kepuasan tersendiri. Dari menulis juga bisa menjadi self healing karena memang menulis bisa jadi salah satu terapi untuk merilis semua permasalahan yang sepertinya terlalu ruwet jika hanya dipikirkan saja. Dari komunitas kita juga bisa mendapatkan banyak teman dengan berbagai macam karakter.
5. Belajar Bersosialisasi
Aku termasuk spesies yang tak pandai bersosialisasi, berbeda dengan mereka yang ekstrovert akan mudah berbasa-basi dan berkenalan dengan orang baru. Si insecure yang introvert akan menganggap sebuah siksaan jika disuruh mencari teman dan masuk dalam komunitas, mereka lebih senang duduk berjam-jam sendiri. Mungkin kita bisa mempelajari bagaimana teknik komunikasi sederhana yang tak perlu meluncurkan banyak kata, mungkin dengan memasang senyum yang ramah, menawarkan tempat duduk, menawarkan perman atau snack. Tapi kita harus siap berlapang dada saat tawaran kita ditolak. Coba datang ke tempat keramaian hanya untuk mengamati bagaimana cara orang bersosialisai/ berinteraksi. Ketrampilan bersosialisasi dengan melibatkan banyak orang akan mengikis sedikit demi sedikit rasa insecure. Rasa dihargai, dibutuhkan, dihormati akan muncul hingga kita menjadi nyaman dan mencintai diri sendiri.
6. Mencoba Menenangkan Pikiran (Mindfulness)
Pikiran-pikiran negatif yang muncul dari rasa insecure berasal dari gejolak perasaan yang meledak-ledak. Pikiran-pikiran terkendali yang tiba-tiba muncul, hilang, muncul lagi silih berganti dan tumpang tindih dengan emosi-emosi tak menentu. Saat pikiran tak tenang maka batin pun menjadi tak tenang. Berikut beberapa teknik mindfulness yang bisa dilakukan:
- Mengambil nafas panjang
- Mengambil wudhu
- Istighfar/ berdzikir
- Duduk menyendiri sambil bermuhasabah
- Menulis diary untuk sekedar menumpahkan unek-unek
- Saat situasi tenang coba berpikir jernih tentang makna hidup dan rancangan ke depan.
Tenangkan pikiran, tarik nafas perlahan, berikan kesempatan diri untuk memulihkan perasaan dan pikiran yang sakit. Pikirkan hal yang positif dan berdiskusi dengan sendiri seperti saat menatap cermin. Hargailah diri sendiri tak perlu terlalu mencemaskan masa depan dan memikirkan kemungkinan buruk yang akan terjadi. Syukuri apa yang kita miliki, apa yang sudah Allah SWT berikan. Dengan terciptanya ketenangan kita bisa menyelamatkan diri dari permasalahan baru, dipandu dengan doa kepada Sang Pemilik hidup maka kita bisa merenung dan memutuskan perkara-perkara besar dalam hidup kita.
Mungkin inilah akhir dari catatan Si Insecure, buat yang ingin membaca lebih lengkap catatan ini merujuk dari buku karangan Mbak Sinta Yudisia yang berjudul The New Me Life After Crisis. Semoga bisa menjadi salah satu referensi bagi teman-teman yang sedang mencoba keluar dari rasa insecure. Mari kita keluar dari insecure dan lebih banyak bersyukur 😊