Akhirnya WFH lagi, entahlah harus senang atau sedih. Seperti sebelumnya di kantorku mulai kembali menerapkan Work From Home (WFH) sehari di kantor sehari di rumah. Senang karena dengan WFH aku bisa lebih banyak waktu bersama anak-anak di rumah. Sedih karena berarti ini pandemi belum berakhir dan entah sampai kapan.
Senin kemarin jadwalku WFH dan seperti hari-hari aktif biasanya, anak-anak ku titipkan di rumah orang tuaku dan aku sendiri bekerja di rumah. Setengah hari berjalan aman dan lancar meski kedua putriku mau tetap di rumah tidak mau aku titipkan di rumah mbahnya. Seperti biasa jam dua belas aku istirahat dan menyempatkan untuk menyuapi anakku terutama yang bayi. Jam setengah dua aku mulai membuka laptopku lagi, kali ini laptop kubawa ke rumah orang tuaku aku pikir agar bisa sambil menemani kakak-kakaknya bermain.
Namun apa daya baru beberapa menit ku mulai mengedit data, putri keduaku mulai menunjukkan tanda-tanda "bahaya". Benarlah ternyata siang itu tingkah manjanya yang ingin mainan masak-masakan bersama bunda praktis membuatku tak bisa melanjutkan pekerjaan kantorku. Tangisnya yang pecah disaat adiknya yang bayi sedang lelap tertidur otomatis membuatku harus berusaha menenangkannya agar tak menambah satu tangisan lagi. Laptop lemot, sinyal internet yang timbul tenggelam dan anak yang mendadak rewel, rasanya perpaduan yang sangat nikmat disiang yang mendung itu.
Jadi teringat 30 hari yang baru saja kulalui, 30 hari menantang diri sendiri untuk rutin menulis tiap hari tanpa tapi dan aku berhasil. Aku berhasil memacu diri untuk bisa lolos tantangan ini meski sempat ragu diawal dan tertatih di beberapa hari terakhir. Ibu bekerja dengan 3 anak yang dua diantaranya balita dan tanpa asisten rumah tangga rasanya sempat tak percaya aku bisa melakukannya. Mencuri-curi waktu diantara rentetan aktivitas untuk bisa sekedar menumpahkan rasa melalui kata-kata itu rasanya ada kepuasan tersendiri di hati. Yap, awal aku menulis memang sebagai bentuk self healing, menghilangkan segala penat dan aneka rasa yang berkecamuk di hati dan pikiranku.
Waktu tersulit bagiku untuk menulis justru saat weekend, sebab saat weekday aku masih bisa menulis di sela-sela jam kantor tanpa terlalu banyak gangguan kecuali ada perkerjaan mendadak yang harus segera diselasaikan. Tapi di rumah, wah rasanya penuh perjuangan untuk bisa sekedar menuliskan kisahku di halaman ig. Dari pekerjaan rumah yang memanggil-manggil ingin disentuh, anak-anak yang minta ditemani bermain, hingga berebutan ponsel dengan anak-anakku. Kenapa nggak ada ART? Bukankah dicatatan sebelumnya aku telah menemukan ART?
Yap, aku memang sudah menemukan ART tapi memang aku pekerjakan di rumah orang tuaku untuk membantu menjaga anak-anakku saat aku di kantor. Sedangkan saat aku libur, ART maka aku liburkan juga. Sejujurnya aku dan suami memang merasa kurang nyaman jika ada "orang lain" di rumah maka dari itu kami memutuskan tak memakai ART di rumah. Jadi semuanya memang ku kerjakan sendiri dibantu suami dan kedua putriku meski lebih banyak bikin riweuhnya tapi yang penting mereka mau belajar membantu bunda menyelesaikan pekerjaan rumah dan menjaga adik bungsunya.
Setiap masa pasti memiliki cerita yang semoga hanya kisah yang indah yang terekam sempurna di ingatan dan kelak akan dirindukan dan selalu indah untuk dikenang.