Aku masih yakin apapun dan bagaimanapun, semua yang terjadi dimuka bumi ini sudah diatur sedemikain rupa oleh-Nya…
***
Hari ini, sebuah pertanyaan berkecamuk dalam hatiku. Pertanyaan yang mungkin sudah lama ada dipikiranku namun sudah lama pula mengendap karena kuberusaha tak memikirkannya. Benarkah keberadaanku “disini” hanya karena Allah?
Kuseret kembali ingatanku ke satu tahun silam, ya kurang lebih satu tahun yang lalu sebelum kuberada ditempatku saat ini. Aku memang telah berjanji dalam hatiku sendiri bahwa akan melakukan apapun demi membahagiakan kedua orang tuaku, ku yakin hal yang sama juga pasti dilakukan oleh sebagian besar mereka yang sangat menyayangi kedua orang tuanya. Dan satu tahun yang lalu janjiku kembali dipertanyakan, mereka memintaku kembali kerumah dan bekerja saja didaerahku. Kebetulan saat itu sedang ada seleksi CPNS di daerahku dan keinginan terbesar kedua orang tuaku adalah aku mau mengikuti seleksi tersebut. Bekerja dilingkungan swasta memang tak ringan namun saat itu aku sedang benar – benar menikmati pekerjaanku yang belum genap satu tahun itu. Haruskah aku mengingkari janjiku?
Konflik batin tak elak aku alami yang membuatku benar – benar bimbang. Antara egoku dan keinginan membahagiakan kedua orang tua berusaha memperebutkan perhatianku. Hingga akhirnya janjikulah yang menang. Aku sadar hingga detik ini belum bisa memberikan apapun untuk menggantikan semua kasih sayang dan perhatian kedua orang tuaku hingga aku seperti ini. Mungkin dengan mengikuti kemauannya itu bisa jadi sedikit jalan bagiku untuk membalas semua pengorbanannya. “Apa sih susahnya ikut tes? kalo ga lulus toh saat ini aku juga sudah bekerja” itu yang ada dibenakku. Meski ternyata tak mudah juga karena aku harus “kucing – kucingan” dengan atasan dan teman – teman ditempatku bekerja, diswasta memang aturannya cukup ketat terlebih kontrakku juga belum genap satu tahun.
Allah mendengar doa kedua orang tuaku…aku lulus dan diterima bekerja di lingkungan pemerintah daerah tempat tinggalku. Betapa bahagianya bapak dan ibu mendengar berita itu, bagaimana denganku? Perasaanku biasa saja, tidak ada luapan kebahagiaan yang aku ekspresikan selain ucapan syukur karena aku masih diijinkan mengukir senyum bahagian diwajah kedua orang tuaku. Dengan didukung alasan bahwa orangtuaku ingin aku pulang, akhirnya atasan di tempat lamaku berkerja mengijinkanku mengundurkan diri meski belum menyelesaikan kontrak.
***
Selang satu setengah bulan setelah kumengundurkan diri, akhirnya kumulai bekerja dikantorku yang baru. Sungguh lingkungan kerja yang jauh berbeda dengan tempat kerjaku dulu dimana lingkungannya benar – benar kondusif dan “terjaga”. Sekarang kuharus mulai beradaptasi lagi dilingkungan yang lebih heterogen. Sampai akhirnya aku muali menyadari satu hal yang mungkin ini akan membuat orang lain berpikir “miring”. Bapakku pensiun kurang lebih satu setengah bulan setelah aku mulai aktif bekerja dikantor yang baru yang kebetulan kantor yang sama dengan tempat bapakku bekerja. Beberapa kalimat dengan nada negatifpun beberapa kali mampir ditelingaku. Aku memang sudah mempersiapkan diri mendengar kalimat – kalimat itu saat ku tahu bahwa aku akan ditempatkan satu kantor dengan bapakku. Namun yang ada dibenakku bahwa masalah penempatan bukan wewenang bapakku, apalagi bapak juga bukan siapa – siapa. Aku tahu pasti bapakku bukan pegawai yang suka “macem – macem”, bahkan ada yang bilang bahwa bapakku itu 'kelempengen'.
Hari ini, setahun kemudian aku bukan lagi berada diposisi peserta seleksi melainkan panitia seleksi. Dan siang tadi saat rapat kordinasi dan ada beberapa pertanyaan yang dilontarkan mengenai system seleksi, pertanyaan yang sudah lama mengendap itu muncul lagi. Benarkah keberadaanku “disini” hanya karena Allah?
*)Catatan lama yang baru sempat posting (bersambung......)
*)Catatan lama yang baru sempat posting (bersambung......)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar