Kamis, 24 Agustus 2017
Jangan Pernah Merasa Paling....
Kurang lebih tiga puluh menit lagi waktuku menjemput kakak pulang sekolah, beberapa pekerjaan sudah saya selesaikan tinggal minta asmanan (tanda tangan) atasan. Tapi hati, pikiran dan jari-jari ini terlanjur terbawa emosi tak bisa menahan diri untuk tidak menari diatas keyboard memainkan kata-kata syarat makna.
Tadi sekitar jam sepuluhan saya diajak oleh teman-teman kantor takziah kerumah seorang teman (penjahit langganan kami) yang baru saja ditinggal oleh suaminya. Seperti biasa, rasanya tak percaya jika mendengar kabar kematian mendadak seperti ini karena memang belum lama ini saya bolak balik kesana menanyakan jahitan saya. Usia yang terbilang masih cukup muda, dia harus ikhlas ditinggal oleh suami selama-lamanya dan harus kuat untuk terus melanjutkan hidup bersama 2 orang buah hatinya. Dia tidak boleh terlalu lama larut dalam kesedihan karena masih ada karyawan-karyawan yang menggantungkan hidupnya dari usaha menjahitnya. Semoga Allah berikan beliau kekuatan dan keikhlasan menjalani roda kehidupan selanjutnya dan semoga suaminya (alm) diampuni segala dosa dan diterima segala amal perbuatannya, aamiin
Mendengar sendiri kabar kematian mendadak selalu membuat ciut hati ini, bukan ingin berprasangka buruk terhadap takdir-Nya terkadang saya berpikir bagaimana jika peristiwa ini menimpa saya, siapkah? Namun umur, kematian memang misteri Ilahi dan kita siap tidak siap harus siap menghadapi saat itu, entah kita dulu yang harus berpulang atau orang-orang terdekat kita (ga kuat membayangkannya...). Selain berita duka itu, saya juga baru mendengar cerita dari seorang teman tentang kondisi keluarganya yang ternyata tidak seperti apa yang kita lihat dan akhirnya disatu sisi membuat saya lebih bersyukur.
Seperti judul tulisan ini, "Jangan Pernah Merasa Paling...". Jangan pernah kita merasa paling merana, paling sedih, paling tidak beruntung didunia ini karena jika kita mau melihat lebih dekat lagi masih banyak sahabat, saudara atau orang-orang hidupnya jauh lebih "menderita" dari kita maka bersyukurlah selalu atas apapun kondisi kita. Jangan pernah kita merasa paling hebat, paling sukses, paling beruntung, karena diatas langit masih ada langit dan kesenangan itu justru ujian yang 'terselubung' yang seringkali membuat kita terlena (semoga tidak membuat kita takabur).
Saya menulis ini juga sebagai selfreminder karena sayapun pernah "merasa paling..." Alhamdulillah Allah mempertemukan saya dengan orang-orang, sahabat dan saudara yang akhirnya bisa mengingatkan dan menyadarkan saya agar tak pernah "merasa paling...". Juga dengan lelaki yang sudah 5 tahun lebih ini kami berjalan bersama, darinya saya belajar banyak hal agar jangan pernah "merasa paling...". Lelaki yang keras, cuek, namun dibalik sikap keras dan cueknya saya tahu dia sangat menyayangi kami, disitulah saya tahu bahwa sayang tak harus diungkapkan dengan kata-kata. Saya yang pernah merasa paling...kini bersyukur atas takdir yang sudah saya lewati hingga detik ini, atas skenario yang sudah Allah tuliskan.
Maka benarlah saat kita diberi nikmat bersyukurlah, saat diberi ujian bersabarlah, selalu libatkan Allah SWT disetiap langkah kita disetiap hembusan nafas kita sehingga kita tak pernah merasa paling... Karena setiap orang memiliki ujiannya masing-masing.
#curhatsiang
#selfreminder
#breakdulu
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Get Well Soon My Sweety
Ini adalah catatan pertamaku di tahun 2022, catatan pertama yang diawali dengan kesedihan. Kesedihan karena tulisan ini aku buat saat seda...
-
Lewat dia, saya belajar Dulu Saya mengenal dekat, seor...
-
Assalamu'alaiukum... Alhamdulillah hari ini bisa sempet ngeblog lagi setelah off beberapa pekan. Sebenernya cuma ingin sedikit berba...
Tidak ada komentar:
Posting Komentar