Alhamdulillah…akhirnya sampai juga di rumah dan bisa menuliskan sedikit pengalaman lebaran kemarin. Jadi teringat saat di bangku SD, hari pertama masuk setelah liburan pasti akan diberi tugas mengarang tentang liburanmu ^^.
Setelah beberapa tahun terakhir aku merayakan malam lebaran di rumah dan melaksanakan sholat Ied di masjid komplek rumahku, akhirnya tahun ini aku kembali bisa merasakan suasana lebaran di tanah kelahiranku. Sejak kecil aku memang selalu menghabiskan malam lebaran di kampung halaman ibuku ini namun setelah aku kuliah malam lebaran lebih sering dilewatkan di rumah. Aku sekeluarga brangkat menuju kota udang dua hari sebelum hari raya, kami sengaja memulai perjalanan ba’da subuh agar perjalanan lebih nyaman. Beruntung arah yang kami tuju berlawan dengan arus mudik sehingga kami tak harus mengalami kemacetan seperti yang sering diberitakan di tayangan info mudik.
Kami sampai di halaman rumah “pusaka” kurang lebih pukul setengah delapan pagi, mengapa dikatakan rumah pusaka karena itu adalah rumah orang tua dari ibuku tapi sekarang yang menempati tinggal Mbah Putri sendiri. Beruntung di dekat rumah pusaka ada rumah om/tante, bude/pade sehingga Mbah Putri tidak terlalu kesepian. Sampai di sana sepertinya orang-orang mulai sibuk membersihkan rumah untuk menyambut lebaran, ada yang menyapu halaman, membersihkan kaca dan sebagainya. Tapi saat kami masuk ke rumah pusaka rasanya lantai yang kami injak sudah lama tak disapu, terasa sekali debu yang menempel.
Kata Mbah Putri memang sudah lama tak turun hujan dan juga anginnya sedang cukup kencang sehingga debu mudah sekali berterbangan, selain itu bisa dimaklumi juga mungkin tenaga Mbah Putri sudah terlalu tua untuk setiap hari menyapu lantai rumah peninggalan belanda itu. Maka jadilah pagi itu aku dan adikku membantu Mbah Putri menyapu dan mengepel lantai, sedangkan ibu membereskan kamar-kamar kosong yang selama beberapa hari kedepan mungkin akan penuh karena kedatangan anak-anak Mbah Putri lainnya.
Menjelang hari raya kesibukan di dapur mulai meningkat terlebih setelah lebaran memang akan ada silaturahmi tahunan keluarga besar Mbah Putri dan kali ini giliran ibuku yang bertugas sebagai tuan rumah sehingga ada hal-hal ekstra yang perlu dipersiapkan. Dapur Mbah Putri jadi berubah seperti dapur umum, dapur yang cukup luas namun masih asli dengan lantai dari tanah, tungku dan kompor minyak hanya saja sekarang ada kompor gas juga di sana. Aku yang mendapat tugas menggoreng kerupuk nyaris dehidrasi karena harus berlama-lama di depan kompor (puanaseeeee…) selain itu udara di sana memang panas banget.
Akhirnya yang dinantipun tiba, malam itu semua perbedaan menyatu dalam gema takbir yang mengagungkan kebesaran Allah SWT. Iring-iringan takbir keliling membuat jalanan desa yang memang tak terlalu lebar jadi macet sejenak, kembang api dan petasan tak henti-hentinya dinyalakan di depan lapangan balai desa dan cukup memekakkan telinga sampai Mbah Putri berkali-kali protes. Ingatanku tiba-tiba seperti ditarik mundur pada belasan tahun silam saat kami (aku dan sepupu2ku) masih kecil dan saat itu masih ada Mbah Kakung, biasanya kami akan bermain kembang api dan petasan sambil bersembunyi di kebon mangga karena takut dimarahi Mbah Kakung, melihat dan kadang juga ikut serta takbir keliling, membeli jajanan untuk dimakan beramai-ramai sambil menikmati malam takbiran. Aku rindu masa itu, sekarang kami tak bisa berkumpul menikmati malam lebaran bersama lagi karena berbagai alasan namun semoga suatu saat kebersamaan itu bisa kami rasakan lagi tentunya juga dengan anak-anak kami kelak. Malam itu aku menutup hari dengan iringan takbir yang terus menggema hingga mataku terpejam karena memang rumah Mbah Putri persis di seberang jalan samping masjid.
Paginya kami semua bersiap untuk mengikuti sholat Ied di lapangan di depan balai desa. Bapak, pade, om dan mas-mas sepupuku sudah berangkat duluan ke masjid. Aku bersama ibu, bude, tante dan adek sepupuku mengambil tempat di lapangan, pagi itu kami hanya berangkat berenam tak seperti dulu saat semuanya kumpul. Sedangkan Mbah Putri sudah berangkat sejak lebih dulu karena sudah disiapkan tempat di dalam masjid oleh teman-teman pengajiannya. Selesai sholat dilanjutkan dengan saling bersalaman, maaf memaafkan atas segala khilaf yang pernah terjadi. Hari itu semua dendam, kebencian, khilaf dan segala kealpaan melebur menjadi satu dan menjelma menjadi kata MAAF. Tak lupa pagi itu kami semua mengunjungi makam keluarga yang terletak tak jauh dari rumah pusaka, di sanalah Mbah Kakung terbaring tenang dalam tidur panjangnya bersama keluarga kami yang lain yang telah lebih dulu menghadap-Nya. Semoga kedatangan kami kesana akan mengingatkan kami bahwa kelak kamipun akan menyusul seperti mereka sehingga kita berusaha untuk mengumpulkan lebih banyak lagi bekal untuk pulang ke kampong akhirat.
Menjelang siang saudara-saudara yang lain mulai berdatangan, suasana makin ramai karena kini aku punya banyak keponakan dari kakak-kakak sepupuku. Salah satu keponakan yang membuatku jatuh hati adalah Fafa, tingkahnya yang lucu dan wajahnya yang selalu tersenyum membuatku gemas. Ada saja tingkahnya yang baru setiap aku berkunjung ke sana dan kali ini dia sedang ngefans berat dengan lagu Maher Zein yang Insya Allah, bicaranya yang belum jelas jadi lucu saat mengucapkan kata “Insya Allah”. Aku dan adekku berusaha mengabadikan setiap moment selama kami di sana walau hanya dengan kamera hp dan tentunya semua moment itu telah terekam di memori ingatanku. Menjelang sore semua kegiatan kembali terpusat di dapur menyiapkan masakan untuk acara esok, semua gotong royong membantu dengan apa saja yang bisa dilakukan (terasa sekali kebersamaannya).
Akhirnya tiba juga saat satu per satu dari kami harus pulang, sebenarnya aku masih ingin berada di sana bersama keponakan-keponakanku namun waktu yang membatasi jua. Aku tahu yang paling sedih saat itu adalah Mbah Putri karena rumah akan kembali sepi yang tersisa tinggal kenangan beberapa hari kemarin. Semoga Allah akan memanjangkan umur kita untuk kembali berjumpa dengan ramadhan-Nya dan juga member kita kesempatan untuk bisa berkumpul kembali dengan sanak family yang mungkin hanya bisa bertemu setahun sekali.
Saatnya untuk kembali beraktivitas seperti biasa mengejar cita dan cinta yang masih ingin aku raih, semoga nafas Ramadhan dan semangat Idul Fitri terus mengiringi langkah kita. Amin…
Itu cerita Lebaranku, bagaimana dengan Lebaranmu? ^_^
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Get Well Soon My Sweety
Ini adalah catatan pertamaku di tahun 2022, catatan pertama yang diawali dengan kesedihan. Kesedihan karena tulisan ini aku buat saat seda...
-
Lewat dia, saya belajar Dulu Saya mengenal dekat, seor...
-
Assalamu'alaiukum... Alhamdulillah hari ini bisa sempet ngeblog lagi setelah off beberapa pekan. Sebenernya cuma ingin sedikit berba...
Tidak ada komentar:
Posting Komentar