Tempat seorang anak adalah bersama orangtuanya, tempat seorang istri adalah disisi suaminya. Maka dari itu aku ada disini di rumah mertuaku bersama suami dan anak-anakku.
Pasangan suami istri manapun pasti ingin memiliki kehidupan barunya sendiri. Memiliki rumah sendiri dan menjadi raja dan ratu di rumah itu. Namun tak semua pasangan memiliki kemudahan untuk mewujudkan itu semua dalam sekejap.Bersyukurlah bagi kalian pasangan yang bisa langsung memulai kehidupan barunya sendiri di istananya sendiri. Namun janganlah berkecil hati bagi kalian yang masih jadi penghuni Pondok Mertua Indah seperti aku ini.
Jangan terlalu hiraukan omongan orang diluar sana yang bilang kita nggak bisa mandiri, masih bergantung dengan orang tua, kerja bertahun-tahun kok nggak bisa punya rumah dan berbagai macam nyinyiran orang diluar sana.
Menuju sepuluh tahun pernikahan kami sengaja aku buat catatan ini hanya sebagai reminder saja dari mindmap yang pernah aku buat diawal pernikahan dan suami pun mengiyakan. Dalam mindmap tersebut memiliki rumah impian memang bukan prioritas utama kami. Bukannya kami tak mau berusaha dan mengandalkan tempat tinggal orangtua kami yang memang masih bisa kami tinggali. Alhamdulillah atas ijin Allah kini kami sudah mulai melangkah kearah sana dengan dibukakan pintu rizki perlahan-lahan. Tapi sekali lagi itu belum menjadi prioritas utama kami, semoga pada saatnya nanti semua akan terwujud dengan indah dan penuh berkah. Aamiin.
Di hari pertama aku menginjakan kaki di rumah ini aku sudah bertekad bahwa aku akan berusaha melakukan apa pun yang membuat suamiku ridho kepadaku termasuk jika dia menginginkan kami tinggal bersama ibunya yang sudah sendiri. Menemaninya menghabiskan sisa waktu diusia senjanya.
Tak jarang aku mendengar celotehan tetangga mengapa kami tak tinggal di rumah orangtuaku saja yang kebetulan memang dekat jaraknya. Apalagi saat anak-anak kami lahir satu persatu, celotehan itu makin sering terdengar baik langsung maupun lewat kabar burung.
Biarlah mereka berceloteh sepuas apa pun, berkomentar seenak mereka tentang rumah tangga kami. Yang terpenting aku tahu pasti setiap langkah yang aku ambil ada ridho suamiku disana. Anak-anakpun senang kok tinggal di rumah eyangnya dan mereka juga tetap sering ke rumah (orangtuaku) meski jarang sekali mau menginap disana.
Beruntung cerita 'seram' mertua vs menantu yang sering dikoar-koarkan orang, tidak menghantui kehidupan rumah tangga kami. Aku dan ibu mertuaku memang tak selalu sepakat dalam setiap hal, namun itu bukan alasan untuk membuat jarak diantara kami bukan?
Tidak ada komentar:
Posting Komentar