Senin, 20 Mei 2019

Untuk Sahabat Kami (FERA FITRIYAH)


Dari tanah maka akan kembali ke tanah,
Semua yang bernyawa pasti akan mati,
Semua hanya soal waktu kapan Allah SWT berkehendak.
Dan kemarin, Jum'at 17 Mei 2019 kehendak Allah SWT itu pun terjadi. Sahabat kami, saudari kami telah berpulang memenuhi panggilan-Nya, panggilan yang tak mungkin bisa dihindari.

Berawal dari pesan wa yang masuk menjelang imsak sekitar pukul 04.03. Aku berharap saat itu aku sedang bermimpi dan langsung terbangun namun itulah kenyataan pagi itu yang harus aku terima. Langsung kuteruskan kabar tersebut ke beberapa teman yang mengenal atau pernah kenal dengan almarhum. Saat itu rasanya ingin sekali kerumahnya, aku ingin melihatnya untuk yang terakhir kali. Namun karena jarak rumah kami yang tidak bisa dibilang dekat, keadaan di luar yang masih cukup gelap dan bagaimana anak-anak jika tiba-tiba bangun dan mencariku maka dengan sangat terpaksa kuurungkan niat itu. 

Pagi itu setelah absen di kantor aku meminta ijin pada pimpinan untuk takziah, bersama beberapa kawan lainnya kami menuju rumah duka. Sepanjang jalan menuju rumah duka pikiranku masih berkhayal dan berharap ini mimpi namun begitu melihat keranda yang sudah tertutup kain hijau di ruang tamu hati ini harus bersahabat dengan kenyataan pahit ini. Kupeluk erat ibunda dari sahabatku ini dan beliau meminta doa dan maaf atas segala khilaf almarhumah, bagiku dia tidak punya salah apa-apa justru aku yang merasa bersalah karena tidak bisa intens menemaninya di saat-saat terakhirnya.

Aku mengenalnya sekitar pertengahan 2009 saat aku memutuskan kembali ke kampung halamanku, kami dipertemukan dalam satu majelis ilmu (semoga Allah meridoi pertemuan dan persahabatan kami ini). Kami sering berbagi cerita baik langsung atau sekedar via ponsel karena kebetulan kami berdua memiliki mimpi dan minat yang sama (kami ingin mempunyai usaha kuliner yang lebih khusus lagi cafe yang dilengkapi dengan perpustakaan). Saat aku hamil dia juga yang selalu siap jadi 'supir' jika kami ada acara diluar. Dia juga tak pernah absen membantu kami di rumah baca Asmanadia jika ada event-event tertentu atau sekedar berkunjung tiap sore untuk meminjam buku (bukber tahun ini tak ada kamu lagi T_T). Pernah suatu waktu kami harus berjalan bersama dari PLN sampai pom bensin kagok karena motor yang kami tumpangi kehabisan bensin. Dia juga yang mengenalkanku dengan makanan unik "olos" dan ceker uahh buatannya (bakalan kangen nih). Dan masih banyak cerita lainnya yang cukup tersimpan di memoriku.  

Sekitar tahun 2017 yang lalu dia memang pernah bercerita bahwa dia didiagnosa terkena kista ovarium dan disarankan untuk dioperasi. Namun atas berbagai pertimbangan pribadi akhirnya dia mencoba untuk melakukan pengobatan alternatif dengan harapan tidak perlu melakukan operasi. Dan sekitar oktober 2018 lalu dia kembali bercerita tentang sakitnya itu berbarengan dengan khadimat di rumahku yang juga divonis terkena kista. Kami memang sudah jarang sekali bertemu dan hanya bertukar sapa lewat wa namun mendengar kabar bahwa kondisi kesehatannya makin menurun membuatku ingin sekali menemuinya.

Dua kali kunjungan kerumahnya cukup membuatku kaget dengan kondisi tubuhnya yang buatku tak pernah terbayangkan sebelumnya. Sebenarnya aku tak tega melihatnya namun melihat dia yang masih bisa tersenyum dan semangat ingin sembuh maka kutahan kuat-kuat air mata yang memaksa keluar. Kami sempat makan siang bersama di rumahnya meski terlihat wajahnya yang kelelahan karena tak kuat untuk duduk berlama-lama menahan sakitnya, tapi saat itu kami masih bisa bercanda dan tertawa bersama. Saat itu kami menyarankan untuk segera kontrol kembali ke RSDK Semarang melihat kondisinya yang sudah seperti itu meski katanya jadwal tunggu operasinya masih lama.

Selang beberapa bulan, seingatku sekitar bulan Februari akhirnya aku mendapat kabar bahwa dia telah menjalani operasi begitu juga dengan mantan khadimatku, rasanya ikut lega mendengar mereka tak harus menunggu lebih lama lagi jadwal antrian operasi. Namun tak berselang berapa lama aku mendengar kabar yang berbeda mengenai perkembangan keduanya. Mantan khadimatku meski pasca operasi harus kembali dirawat namun kini sudah mengalami perkembangan yang lebih baik. Namun sahabatku ini justru mengalami penurunan kondisi pasca operasi, dari kabar yang kuterima hasil operasinya kista ovarium ganas dan sudah menuju ca ovarium. Ada cairan yang harus rutin disedot agar perutnya tidak kembali membesar dan dia harus menjalani kemoterapi yang dijadwalkan 6 kali kemo tiap tiga minggu. Pasca operasi baru sekali aku menemuinya dan itulah saat terakhir kami berbagi cerita dan kali ini aku tak bisa lagi membendung air mataku melihat kondisinya yang terbaring tak berdaya. Aku hanya bisa terpaku, bibirku kelu tak bisa berkata-kata entahlah perasaanku saat itu campur aduk. Pecahlah tangisku saat keluar dari kamarnya, aku tak pernah mengira semuanya akan seperti ini, tak pernah terbayangkan akan melihatnya dalam keadaan seperti itu.

Sahabat, kini rasa sakit itu sudah hilang, kini kau sudah tenang.
Inilah takdir terbaik untukmu, Allah lebih menyayangimu.
Tepat dihari Jum'at dan di bulan Ramadhan yang penuh berkah ini semoga engkau mendapatkan tempat terbaik di sisi-Nya, Insya Allah khusnul khotimah.

*)Mohon maaf jika dalam catatan ini ada yang keliru, catatan ini semata-mata hanya untuk mengenang sahabat kami FERA FITRIYAH. Mohon keikhlasannya untuk mendoakan dan memaafkan semua khilaf almarhumah.





Get Well Soon My Sweety

  Ini adalah catatan pertamaku di tahun 2022, catatan pertama yang diawali dengan kesedihan. Kesedihan karena tulisan ini aku buat saat seda...