Kamis, 19 Maret 2015

Pagi Yang Mengharu Biru


Baru sekarang oh aku rasakan pergi kekantor diiringi tangisan.....*nyanyi modeON

Yap! Pagi ini jadi pagi yang mengharu biru buatku, setelah dua hari kemarin jadi hari yang sulit buat kami (aku dan Disti). Sudah beberapa hari ini Disti memang terlihat agak rewel hingga puncaknya hari Selasa kemarin dia tantrum, sampai-sampai Ibu terpaksa menelponku untuk segera pulang. Sesampainya dirumah aku lihat Disti sedang diemban sama Mbah Kakung sambil terlelap, kata Bapakku Disti baru saja tertidur. Kuraih tubuh mungilnya dan kubaringkan di Kasur, masih terdengar sisa-sisa isak tangisnya. Menatap wajahnya dalam lelap membuat hatiku menangis karena tak bisa selalu disisinya. Ku ambil posisi disamping malaikat kecilku, kupeluk dan kucium dia dan membisikan bahwa aku sangat menyayanginya, walau dia tertidur tapi aku yakin dia mendengarku. 

Sejak bayi Disti memang sangat dekat dengan Atung (panggilan disti buat Mbah Kakungnya), hingga sekarang Disti masih tetap lengket dengan Atung. Terlebih kondisi saat ini Mbah Uti habis kecelakaan sehingga tak bisa menggendong Disti seperti biasa maka otomatis full semua aktivitas Disti ditemani Atungnya. Saya memang sudah mencarikan rewang untuk membantu menemani Disti namun kehadiran Atung yang selalu always ada disampingnnya membuat Disti belum mau digendong sama Bude (panggilan kami untuk rewang yang baru). Seminggu sudah berlalu dan yang terjadi Bude hanya ikut duduk menemani sedangkan semuanya, makan, mandi Disti cuma mau sama Atung. Aku dan ibu merasa kasihan melihat Atung yang 'ga kober istirahat' karena 'ngindangi' Disti yang ga pernah mau diem dan selalu minta ditemani Atung. Akhirnya mulai kemarin keputusan iti diambil, keputusan yang mungkin terasa berat buat Disti karena harus berjarak (sementara) dengan Atung.

Sejak kemarin kami kembali kerumah kidul (rumah orang tua suamiku) kebetulan Eyangnya juga sudah kembali dari Jakarta sehingga saat aku ke kantor Disti Masih ada yang mengawasi. Tujunannya agar Disti lebih dekat dengan Bude dan Atung bisa punya waktu untuk sekedar istirahat sejenak dan bisa fokus merawat Mbah Uti yang sedang sakit. Dan sejak kemarin pula siang hari aku tidak pulang kerumah untuk mengurangi frekuensi Disti mimi ASI. Menurut Bude jika Disti sudah disapi InsyaAllah ga akan rewel tapi aku tetap belum mau memakai paihit-pahitan untuk menyapih Disti biar semua berjalan atas kemauan Disti dan tanpa paksaan. Toh sebenarnya saat aku tidak berada dirumah Disti juga tidak merengek minta ASI, memang Disti hanya minta 'nenen' kalau bundanya nyanding dirumah. Tadinya memang kami sudah berencana Disti akan ikut Mbahnya sementara ke Cirebon sekaligus sebagai usaha proses menyapih namun Allah berkehendak lain dan mungkin ini masih rejekinya Disti jadi masih bisa mimi ASI.

Dan tadi pagi, hingga kau akan berangkat ke kantor Disti masih terlelap karena kemarin Disti tidak tidur siang dan malam sempat terbangun maka pagi ini aku putuskan untuk tidak membangunkannya. Eyangnya (mertuaku) juga menyuruhku kekantor saja biar Disti mandi dengannya. Namun baru beberapa langkah aku keluar dari kamar ternyata Disti terbangun dan menangis minta nenen, akhirnya aku beri ASI dulu sebentar. Awalnya Disti sudah mau saat kupamiti untuk berangkat ke kantor tapi tiba-tiba Disti kembali tantrum. Ku gendong dia keluar kamar dan sempat diam sejenak namuan saat kuserahkan dia ke Eyangnya Disti kembali tantrum, saat itu Bude yang juga baru datang ikut berusaha menenagkan Disti. Sebenarnya tak tega berangkat ke kantor dengan kondisi seperti ini, aku yang biasa kekantor diiringi senyuman dan lambaian tangan Disti sambil beraucap "ati-ati nda..." kini harus berangkat dengan diiringi tangisan.

Disti maafkan bunda, nanti sore bunda pulang ya sayang. Bunda tetap dan akan selalu menyayangimu malaikat kecilku.

Selasa, 10 Maret 2015

Ini Kehendak-Mu (kado ulang tahunku)


Belum lama ini aku kembali diingatkan oleh Allah SWT bahwa manusia hanya bisa berencana dan sepenuhnya hanya Allah yang menentukan.

Siang itu seperti biasa hari Sabtu setelah selesai melakukan pekerjaan rumah aku dan Disti main ke rumah mbah (orang tuaku) karena dirumah juga sepi dan jarak dari rumah kami juga sangat dekat. Planning hari itu ingin membuat kue bersama Ate Eni (panggilan Disti pada adikku). Namun ternyata samapi disna hanya ada mbah atung yang sedang mencuci mobil, mbah uti sedang mengantar ate perpanjang SIM dan sekalian ke Tegal untuk beli tiket travel pulang ke Bandung. Aku lupa tepatnya jam berapa yang pasti saat itu rasanya tulang ini seperti dilolosi saat mendengar kabar bahwa mbah Uti dan ate mengalami kecelakaan di daerah Debong dan yang lebih sedih ternyata lutut sebelah kanan mbah uti patah dan harus dioperasi, lemes deh... Aku yang sedang membuat kue bersama Disti langsung ga konsen dan berusaha terus memantau perkembangan mbah Uti. Masih bersyukur bahwa ate masih baik-baik saja hanya memar-memar.

Kurang lebih delapan hari Mbah Uti Harus dirawat di RSI PKU Muhammadiyah Singkil karena mbah uti nggak bisa langsung dioperasi menunggu tensi dan kadar gula darah normal. Alhamdulillah hari minggu kemarin mbah Uti sudah bisa kembali kerumah dan tinggal latihan untuk bisa berjalan normal kembali. Untuk sementara mobilitas mbah Uti memang terbatas dan ini menjadi tugas dan tanggung jawab kami untuk merawat Mbah Uti, bersama Bapak dan adikku kami saling menguatkan demi memberi semangat juga untuk Mbah Uti bahwa jika Allah mengijinkan pasti bisa pulih seperti sediakala.

Beruntung pula aku memiliki anak yang nurut (makasih Disti sayang) dan suami yang mau mengerti kondisiku saat ini sehingga aku bisa merawat ibuku. Mungkin untuk sementara waktu aku akan lebih sering tinggal dirumah orang tuaku namun sebiasa mungkin tak meninggalkan tugas dan kewajibanku sebagai istri dan ibu. Alhamdulillah lagi sekarang udah ada Bude Inah yang mau membantu dirumah orang tuaku jadi aku bisa tetap kekantor dengan tenang karena selam ibu durumah sakit kemarin aku nggak bisa fokus dikantor. Terima kasih atas pengertian teman-teman dikantor yang mau membantu menghandle pekerjaanku selama aku ijin beberapa hari.

Lama juga nggak online dan ternyata di FB banyak sekali ucapan selamat ulang tahun dari teman dan saudara, jujur aku sendiri sampai lupa ulang tahunku karena khawatir melihat kondisi ibu. Inilah kado'INDAH' di 29 tahun usiaku, Allah ingin kembali mengingatkanku walau dengan cara yang cukup membuat hati ini menangis. Allah ingin kami dan khususnya aku lebih dekat lagi pada-Nya, semoga aku pribadi bisa mengambil hikmah/ pelajaran dari peristiwa ini.

Semua rencana minimal enam bulan kedepan kini harus dievaluasi ulang, In sya Allah Allah sudah mempersiapkan skenario yang lebih indah. Aamiin

Get Well Soon My Sweety

  Ini adalah catatan pertamaku di tahun 2022, catatan pertama yang diawali dengan kesedihan. Kesedihan karena tulisan ini aku buat saat seda...