Senin, 29 Maret 2021

Rumah Kita



Tempat seorang anak adalah bersama orangtuanya, tempat seorang istri adalah disisi suaminya. Maka dari itu aku ada disini di rumah mertuaku bersama suami dan anak-anakku.

Pasangan suami istri manapun pasti ingin memiliki kehidupan barunya sendiri. Memiliki rumah sendiri dan menjadi raja dan ratu di rumah itu. Namun tak semua pasangan memiliki kemudahan untuk mewujudkan itu semua dalam sekejap.

Bersyukurlah bagi kalian pasangan yang bisa langsung memulai kehidupan barunya sendiri di istananya sendiri. Namun janganlah berkecil hati bagi kalian yang masih jadi penghuni Pondok Mertua Indah seperti aku ini.

Jangan terlalu hiraukan omongan orang diluar sana yang bilang kita nggak bisa mandiri, masih bergantung dengan orang tua, kerja bertahun-tahun kok nggak bisa punya rumah dan berbagai macam nyinyiran orang diluar sana.

Menuju sepuluh tahun pernikahan kami sengaja aku buat catatan ini hanya sebagai reminder saja dari mindmap yang pernah aku buat diawal pernikahan dan suami pun mengiyakan. Dalam mindmap tersebut memiliki rumah impian memang bukan prioritas utama kami. Bukannya kami tak mau berusaha dan mengandalkan tempat tinggal orangtua kami yang memang masih bisa kami tinggali. Alhamdulillah atas ijin Allah kini kami sudah mulai melangkah kearah sana dengan dibukakan pintu rizki perlahan-lahan. Tapi sekali lagi itu belum menjadi prioritas utama kami, semoga pada saatnya nanti semua akan terwujud dengan indah dan penuh berkah. Aamiin.

Di hari pertama aku menginjakan kaki di rumah ini aku sudah bertekad bahwa aku akan berusaha melakukan apa pun yang membuat suamiku ridho kepadaku termasuk jika dia menginginkan kami tinggal bersama ibunya yang sudah sendiri. Menemaninya menghabiskan sisa waktu diusia senjanya.

Tak jarang aku mendengar celotehan tetangga mengapa kami tak tinggal di rumah orangtuaku saja yang kebetulan memang dekat jaraknya. Apalagi saat anak-anak kami lahir satu persatu, celotehan itu makin sering terdengar baik langsung maupun lewat kabar burung.

Biarlah mereka berceloteh sepuas apa pun, berkomentar seenak mereka tentang rumah tangga kami. Yang terpenting aku tahu pasti setiap langkah yang aku ambil ada ridho suamiku disana. Anak-anakpun senang kok tinggal di rumah eyangnya dan mereka juga tetap sering ke rumah (orangtuaku) meski jarang sekali mau menginap disana.

Beruntung cerita 'seram' mertua vs menantu yang sering dikoar-koarkan orang, tidak menghantui kehidupan rumah tangga kami. Aku dan ibu mertuaku memang tak selalu sepakat dalam setiap hal, namun itu bukan alasan untuk membuat jarak diantara kami bukan?

Jodoh-Kehilangan-Kenangan

Jodohku?

Aku percaya bahwa semua yang ada di dunia ini sudah ada jodohnya. Seperti kata Afgan bahwa jodoh pasti bertemu.

Seperti aku dan suamiku yang mungkin telah melalui berbagai macam "pencarian" akhirnya kami dipertemukan lewat orang tua kami. Inilah jalan jodoh kami yang semoga bisa sehidup sesurga. Aamiin

Seperti halnya segelas jus alpukat yang kubeli siang ini. Maksud hati ingin membeli di tukang jus depan mini market dekat sekolah putriku ternyata nihil. Kucoba alternatif lain dan ternyata dua kali nihil juga. Tak putus asa akhirnya kucoba berbalik arah, teringat masih ada satu minimarket yang terlewat. Alhamdulillah akhirnya aku berjodoh juga dengan jus alpukat itu.

Tak jauh berbeda antara aku dan 30DWC, dari berbagai macam kelas menulis yang serupa tapi tak sama ternyata hatiku terpaut disini. Semoga inilah jalan jodoh tulisan-tulisanku karena setiap tulisan pasti akan menemukan jodohnya yaitu pembacanya.

Ini kedua kalinya aku ambil bagian dari 30DWC. Seperti dijilid sebelumnya niatan yang pertama yaitu menantang diri, untuk melawan rasa malas(menulis). Ingin jadi penulis ya menulis, jangan hanya sebatas ingin. Selebihnya aku berharap ini bisa menjadi proses menabung dan menggenapkan naskah untuk project buku soloku yang masih harus rela kugantung.

Bismillah semoga aku bisa menyeleasaikan apa yang aku mulai ini. Seperti biasa platform utama yang aku pakai tentunya di instagram yang akan selalu update ke fb dan semoga bisa kembali mengisi rumah mayaku di www.ndeelife.blogspot.com

Semangat untuk teman2 Squad 5 yang belum sempat ku ikuti satu persatu. Semoga tigapuluh hari kedepan kita bisa saling menyemangati, saling melengkapi, saling berbagi ilmu dan pastinya menambah tali silaturahmi.

Kehilangan

Sejatinya semua yang ada di dunia ini milik Allah dan akan kembali padaNya. Kehilangan itu pasti tapi bagaimana kita memaknai kehilangan itu sendiri

Setelah setahun lebih, akhirnya siang ini aku berkesempatan 'menculik' kawan baikku yang rasanya sekarang sulit sekali ditemui. Niatan awal kami ingin saling berbincang melepas penat dari padatnya pekerjaan di kantor.

Dengan tetap menerapkan protokol kesehatan akhirnya kami memilih sebuah warung makan yang dekat kantor. Kebetulan siang tadi suasananya tidak terlalu ramai hanya ada beberapa pengunjung. Kami memilih meja diruang paling belakang yang sepi.

Ikan mujaer goreng dan jus jambu menemani obrolan kami siang itu. Namun niat hanyalah niat karena akhirnya apa yang kami bicarakan justru jauh dari apa yang awalnya ingin dicurhatkan.

Berawal dari postingan putriku di ig akhirnya cerita mengalir tentang keponakan kawanku yang belum lama meninggal karena sakit.

Mendengarkan ceritanya aku jadi ikut terhanyut, terlebih usia keponakannya tidak jauh dari usia putriku. Dia menceritakan bagaimana detik-detik menjelang kepulangan keponakan kesayangannya itu.

Bagaimana sang ibu yang berusaha tegar menemani hingga di detik-detik terakhirnya namun akhirnya harus terkena depresi sebab kehilangan yang sangat mendadak itu.

Tak hanya orang tua dan adiknya, kakek nenek, kerabat dan tetangganya pun merasa kehilangan sosok lucu yang soleh itu yang kini sudah menjadi tabungan di akhirat untuk orang tuanya.

Aku memang belum merasakan kehilangan yang seperti itu dan tak berharap itu terjadi. Pasti berat melepas kepergian buah hati tersayang yang sedang lucu-lucunya. Terlalu banyak kenangan yang tersimpan rapi diingatan yang akan selalu membangkitkan kenangan.

Namun sebagai manusia biasa kita harus berdamai dengan takdir sepahit apa pun itu. Mudah memang mengatakannya walau teramat sangat tak mudah menjalankannya. Semoga untuk saudara-saudara kita yang saat ini sedang merasa kehilangan, bisa segera ikhlas dan melepas dengan damai kenangan yang pernah ada. Yakinlah akan ada hikmah dibalik itu semua

Rasa kehilangan hanya akan ada, jika kau pernah merasa memilikinya ~Letto~

Kenangan

Pernah nggak sih kita berpikir sudah berapa banyak orang yang kita temui sepanjang perjalanan usia kita? Sudah berapa banyak kenangan yang kita simpan tentang mereka yang datang dan pergi?

Ibarat komputer mungkin hardisk kita sudah terlalu penuh dan butuh didefragment untuk merapikan kembali setiap file kenangan yang ada. Mungkin perlu juga dilakukan disk cleanup untuk menghapus kenangan-kenangan yang tak perlu lagi kita simpan. Namun tak perlu juga kita memformat ingatan kita untuk menghapus semua kenangan yang ada.

Tak bisa dipungkiri setiap kehadiran pasti akan menyisakan kenangan baik manis atau pun pahit. Ada yang kehadirannya memang kita undang untuk hadir dalam kehidupan kita. Ada pula yang kehadirannya muncul tiba-tiba saja tanpa kita sadari kedatangannya.

Ada yang hadirnya hanya singgah sejenak untuk sekedar bertegur sapa. Ada pula yang sekedar berlalu tanpa sempat menyapa. Atau mungkin ada yang hadirnya penuh makna dan meninggalkan banyak kenangan.

Seperti sepiring kue yang datang entah kita beli atau atas pemberian orang dan pergi ke perut kita atau kita berikan ke orang lain, semuanya akan berlalu pada saatnya.

Lalu bagaimana jika yang telah pergi itu datang kembali dan membuat file kenangan yang sudah tersimpan rapi harus dibuka kembali?

Tak masalah jika yang kembali adalah kenangan yang mampu membangkitkan semangat kita. Tak masalah jika yang datang kembali bisa memperpanjang tali silaturahmi yang sempat terputus.

Namun bisa berbahaya jika yang kembali adalah kenangan pahit yang mampu mengacaukan hati dan pikiran kita atau membuat kita berlarut-larut dalam kesedihan. Akan berbahaya pula jika yang datang adalah kenangan tentang sang mantan yang belum bisa sepenuhnya hilang dari ingatan.

Mungkin itulah mengapa lebih baik pacaran setelah menikah, karena kita tak pernah tahu apakah pacar kita adalah jodoh kita. Pacaran bertahun-tahun dengan siapa eh nikahnya dengan siapa. Jangan sampai ada yang gagal move on hanya gara-gara sang mantan.

Jadi sepertinya cukup tepat jika buanglah mantan pada tempatnya, lalu bagaimana dengan yang tak sempat menjadi mantan namun meninggalkan kenangan yang dalam?😜

*)Tiga catatan tersebut bagian dari tantangan 30DWC Jilid 29 yang sedang aku ikuti

Get Well Soon My Sweety

  Ini adalah catatan pertamaku di tahun 2022, catatan pertama yang diawali dengan kesedihan. Kesedihan karena tulisan ini aku buat saat seda...