Jumat, 19 Juni 2020

Untuk Yang Tersayang (Ke Tiga Buah Hatikku)

Bismillah...

Apa yang aku tulis ini hanya sebagai pengingat bahwa kami pernah melalui semua ini tanpa ada tendensi lain selain sebagai catatan kecil kami.

Dan badai pun berlalu meski badai Covid-19 masih saja bergejolak di bumi tercinta ini. Kami baru saja melalui badai kehidupan yang sungguh tak pernah kami sangka akan terjadi dan ini kembali menyadarkan kami bahwa suka dan duka, tawa dan air mata itu bagai dua sisi mata uang yang saling berdekatan dan hanya Allah yang tahu apa yang akan terjadi sedetik kedepan.

25 Februari 2020 kurang lebih pukul sepuluh telah lahir dengan selamat putra ke tiga kami GIBRAN GUNTUR ATHALLAH melalui bedah secar. Syukur alhamdulillah yang tak terkira di usiaku yang sudah berjalan di kepala tiga Allah masih mempercayakan amanah pada kami dengan dikaruniai anak lelaki setelah dua kakak perempuannya. Selama kehamilan saya tidak pernah meminta harus lelaki atau perempuan yang terpenting adalah lahir sehat dan selamat. Kurang lebih 3 hari setelah luka bekas secar kering dan aku bisa berjalan lagi maka diperbolehkan pulang. Alhamdulillah welcome home...

Selang beberapa hari setelah kepulanganku dari rumah sakit ternyata Disti putri pertama kami sakit yang ditandai dengan demam hingga 41 derajat. Meski sempat turun, demam tak kunjung hilang meski begitu putri kami ini memaksa tetap minta masuk sekolah karena saat itu memang sedang PTS. Keinginannya yang kuat akhirnya dengan berat hati kami turuti dengan konsekuensi Ayah harus menugguinya didepan sekolah dan meminta kebijakan wali kelasnya agar Disti bisa mengerjakan tes lebih dahulu dan pulang lebih cepat. Alhamdulillah setelah diperiksakan ke DSA demam berangsur hilang, kurang lebih satu minggu hingga pulih. Alhamdulillah...

Selang beberapa hari ternyata Rania putri kedua kami tiba-tiba demam, dan kami mulai cemas saat demam makin naik tapi dia sama sekali tidak mau minum obat penurun panas. Dia cuma tertidur lemas, tidak mau makan nasi apalagi obat. Perasaanku sudah mulai galau dan akhirnya terjadi juga, kami terpaksa membawanya ke IGD. Setelah diberi cairan infus barulah ada tenaga dan demamnya mulai turun. Diagnosa dokter tipesnya yang dulu kambuh lagi dan harus dirawat inap beberapa hari. Kurang lebih 4 hari setelah demamnya benar-benar turun dan hasil laboraturiumnya bagus maka kami diperbolehkan pulang meski untuk pemulihan masih butuh istirahat beberapa hari di rumah. Alhamdulillah welcome home...

Selang beberapa minggu ternyata badai masih berlanjut, bayi kami yang baru genap berusia satu bulan juga harus bersentuhan dengan selang infus. Awalnya my baby boy tertular bapil dari kakak-kakaknya, seminggu setelah diperiksakan ke dokter anak ternyata lendir akibat bapil yang tidak bisa dikeluarkan masuk ke paru-paru. Dokter mendiagnosa putra bungsu kami terkena Bronkopnemonia (maaf kalau salah tulis), yang gejalanya mirip dengan covid-19. Bagai disambar  petir mendengar penjelasan dokter, badanku lemas tapi aku tak boleh jatuh. Malam itu juga dokter merujuk putra kami ke IGD agar bisa segera ditangani dengan tepat. Disituasi pandemi seperti ini dengan diagnosa yang mirip covid-19 membuat pikiranku kacau, sempat terkelebat pikiran-pikiran buruk namun aku kembali meyakinkan diri ini bahwa kami harus tetap berprasangka baik pada takdir-Nya. Aku dan suami saling menguatkan bahwa kami akan bisa melalui ini semua. Jangan bayangkan bagaimana perasaanku melihat bayi mungil tak berdaya dan harus ditusuk jarum, menjalani fototerapi (karena ternyata bilirubinnya tinggi), fisioterapi dan dinebul 3 kali sehari. Kurang lebih satu minggu bayi kami dirawat dan setelah dipastikan tidak demam dan tidak sesak akhirnya dokter mengijinkan kami pulang. Alhamdulillah welcome home...

Dalam kurun waktu satu setengah bulan kami harus menghadapi ujian beruntun yang sungguh menguras tenaga, pikiran dan perasaan. Mungkin ini cara Allah agar kami kembali mendekat pada-Nya, agar kami tak terlalu larut dalam kesenangan dunia. Luka pasca SC ketiga yang katanya lebih sakit dan lebih lama sembuhnya ternyata tak berlaku padaku karena kondisi yang memaksaku untuk segera sembuh dan kuat mendampingi ketiga buah hati kami.

Alhamdulillah meski masih ditengah pandemi sampai tulisan ini aku posting kini ketiganya dalam kedaaan sehat walafiat, semoga kedepan dan seterusnya sehat selalu (Aamiin). Teruntuk ketiga buah hati kami Adistia (7Y 4M),  Rania (3Y 9M), Gibran (3M) semoga Allah selalu melindungi kalian dengan sebaik-baik penjagaan dan perlindunganNya. Aamiin

Get Well Soon My Sweety

  Ini adalah catatan pertamaku di tahun 2022, catatan pertama yang diawali dengan kesedihan. Kesedihan karena tulisan ini aku buat saat seda...