Rabu, 15 Juni 2011

Pilih jalan yang mana???

Banyak jalan menuju roma...pepatah yang mungkin sudah tak asing lagi ditelinga kita. Dan apa yang akan sedikit saya bagi ini masih berkaitan denga pepatah tersebut. sebenarnya sudah lama ingin menuliskan ini namun akhirnya baru malam ini jari-jari saya mau bergerak di atas tuts keyboard.



Sejak beberapa pekan yang lalu sebuah jembatan yang merupakan jalur utama di desa saya sedang mengalami perbaikan total sehingga jalur tersebut harus benar-benar ditutup. Awalnya yang saya tahu hanya satu hanya satu jalur alternatif yang biasa saya lalui selama perbaikan jembatan. Namun kini akhirnya saya benar-benar tahu ada 3 jalur alternatif yang bisa saya lalui untuk menuju ke kantor setiap harinya, sebenarnya tak hanya tiga namun tiga jalur ini yang merupakan jalur tercepat dari semua jalur yang mungkin dilalui. Alternatif pertama adalah melalui sebuah jalan yang membelah pedesaan dan lumayan berliku-liku karena terlalu banyak tikungan. Kondisi jalan lumayan meski tidak sepenuhnya halus namun waktu dan energi yang dibutuhkan lebih banyak alias lebih lama untuk tiba di kantor. Alternatif kedua adalah sebuah jalan baru yang membelah sawah dan kebun tebu, jalan ini memang belum resmi dibuka karena memang belum selesai pengerjaannya. Kondisi jalan sebagian halus namun selebihnya halus bergelombang dan juga masih berbatu kerikil sehingga harus ekstra hati-hati, selain itu kondisi tanah yang kering membuat jalanan ini debunya lumayan juga mengganggu mata dan hidung saya. Alternatif ketiga adalah jalur terpendek yang baru berani saya coba beberapa hari yang lalu karena memang butuh keberanian dan amat sangat ekstra hati-hati. Jalan tersebut merupakan jalur yang dibuat diatas saluran air disebelah jembatan yang sedang diperbaiki, jalur itu dibuat oleh beberapa penduduk sekitar dari anyaman bambu yang disusun menjadi sebuah jalan. Untuk melalui jalan ini para pengendara harus membayar seribu rupiah kepada para "petugas" yang mengatur lalu lintas di atas sasak (nama jalur tersebut). Jadi banyak jalan menuju kantor saya, tinggal pilih mau lewat yang mana semua ada resikonya dan juga keuntungannya.



Seperti itu juga hidup, sebenarnya banyak jalan yang bisa kita tempuh untuk sampai pada sesuatu yang kita impikan, pada sesuatu yang kita inginkan. Ada jalan yang mudah dan kilat, ada jalan yang berliku dan panjang, ada yang jalannya cepat namun medan yang harus dilalui cukup sulit dan ada juga yang jalannya panjang namun semulus jalan tol. Mungkin pilihan pertama sudah pasti yang diinginkan sebagian besar dari kita, jalan yang mudah namun kilat alias kita bisa mendapatkan apa yang kita inginkan dengan cepat dan mudah.



Bersyukurlah jika diantara teman-teman hingga detik ini masih diberi jalan yang mudah dan cepat untuk meraih sesuatu, semoga itu menjadikan kita lebih banyak dan banyak lagi bersyukur. Lalu bagaimana dengan kita yang harus melalui jalan yang panjang dan berliku untuk memperoleh mimpinya dan mendapatkan apa yang diinginkannya? Tetaplah bersyukur! Dari jalan yang panjang itu Allah ingin kita belajar lebih banyak, dari jalan yang sulit itu Allah ingin kita dapat memetik nilai-nilai kehidupan yang berharga. Kita semua dihadapkan pada banyak pilihan jalan hidup yang terkadang sadar atau tidak yang nampak dihadapan kita hanya ada satu jalan, memang dari banyak pilihan itu kita harus memutuskan jalan mana yang akan kita pilih. Kita tak pernah tahu apa yang akan terjadi sepanjang perjalanan itu, siapa yang kita temui disepanjang perjalanan itu dan apa yang akan kita dapat diujung jalan nanti apakah sesuai dengan yang kita impikan atau justru jauh dari yang kita inginkan?



Jalan manapun yang kita pilih saat ini semoga adalah jalan terbaik yang Allah swt tunjukkan untuk kita, jalan yang akan

membawa kita pada impian-impian kita, jalan yang akan membawa kita pada keridhoan-Nya. Persiapkan diri untuk berbagai macam resiko yang mungkin terjadi dan siapkan juga menerima "doorprize" dari-Nya disepanjang jalan yang sedang kita lalui ini. Dan pada akhirnya banyak jalan yang bisa kita tempuh menuju tempat akhir kita (kampung akhirat). Ada jalur cepat atau jalur lambat, ada jalur yang aman-aman saja dan mudah dilalui namun ada juga jalur yang sulit serta penuh resiko. Jalur manapun yang kita pilih semoga tujuan kita masih sama yaitu kita bisa dikumpulkan kembali di Firdaus-Nya. Amin



*) Sebuah renungan kecil saat jiwa lelah meniti langkah

JUJUR, Begitu berharganya???

Sore ini melihat berita disalah satu stasiun televisi tentang kasus yang sedang jadi perbincangan yaitu tentang "Mencontek masal". Miris mengatakannya namun munkin inilah realita yang harus kita sadari, jika mau diungkap kegiatan mencontek masal tak hanya terjadi di satu dua tempat yang muncul ditelevisi. Mungkin hampir sebagian besar siswa sekolah dinegeri ini pernah melakukannya (semoga perkiraanku ini keliru) entah dalam sekala ujian nasioanal atau hanya sebatas ulangan harian. Lantas kemanakah larinya kejujuran?

Masih ingat saat SD dulu aku sempat dikucilkan oleh teman-teman hanya karena tidak mau memberikan contekan saat ulangan harian. Memang tak lama setelah itu kami berbaikan kembali karena dengan terpaksa akhirnya dilain kesempatan kuberikan juga beberapa jawabanku. Sungguh saat itu naluriku sebagai seorang anak kecil sesungguhnya berontak melihat teman-temanku yang saling mencontek saat ulangan namun apa daya seorang gadis kecil yang tak punya keberanian untuk melawan. Namun akhirnya aku membuat aturan sendiri bahwa aku tak akan memberikan jawabanku jika temanku tak memberikan jawabannya padaku. Untuk memastikan temanku tak bermain curang kadang aku tanyakan soal-soal yang sebenarnya aku sudah tahu jawabannya namun kenyataannya tetap saja ada teman-temanku yang bermain curang dengan memberi jawaban salah terutama rival-rivalku. Akhirnya aku lebih sering berbohong dengan mengatakan bahwa jawaban dari soal-soal yang mereka tanyakan belum aku jawab. Sungguh benar-benar dilema...

Namun beranjak dewasa akhirnya aku semakin cuek, melihat teman-teman yang saling contek sudah menjadi hal yang biasa meski untuk melakukannya sendiri aku tak cukup berani sampai-sampai seorang teman sempat kesal karena aku tak berani membuka buku saat ulangan padahal kesempatan itu sudah ada. Aku masih ingat saat itu ulangan sejarah kelas 2 SMP, kebetulan sekali kami mendapat tempat duduk yang ada lacinya (tempat duduk kita berputar setiap harinya) buku paket sudah kami siapkan dilaci tempat dudukku yang memang meja diatasnya agak berlubang sehingga kami pikir akan lebih mudah mencontek. Sebelum ulangan kami juga sudah latihan (kalau diingat lucu juga) :D. Dan tibalah saat ulangan, temanku yang bertugas memperhatikan gerak gerik guru kami langsung menyuruhku membuka buku begitu melihat ada kesempatan, ku coba melihat dari lubang diatas meja namun tak banyak tulisan yang bisa terbaca. Waktu sudah hampir habis namun kami belum berhasil menemukan jawaban yang kami cari, temanku mulai agak kesal karena aku tak berani menarik buku dari laci agar lebih mudah mencari jawaban. Posisi dudukku yang dekat dinding dianggap aman oleh temanku untuk mencontek sambil dia terus mengawasi gerak gerik guru kami namun akhirnya hingga waktu habis kami tetap tak berhasil mencontek. Temanku agak kesal namun akhirnya dia memaklumi, apalagi tanpa mencontek nilai kami saat itu masih terbilang bagus.

Sepanjang aku mengenyam bangku sekolah kejujuran merupakan suatu barang langka, yang jujur itu mujur tak berlaku disana melainkan yang jujur itu ancur. Anak-anak yang berusaha jujur biasanya cenderung dikucilkan, dianggap sok dan tidak setia kawan karena tidak mau membantu teman-temannya. Siapa yang betah betah jika dikucilkan? Mungkin itulah alasan yang akhirnya membuat beberapa dari kita menggadaikan kejujuran yang kita miliki atau mungkin banyak alasan lain yang mengharuskan kejujuran itu lepas dari genggaman kita. Pernah aku baca disebuah tabel kriteria seorang CEO sukses bahwa kriteria yang pertama bukan kepandaian melainkan kejujuran. KEJUJURAN sungguh barang langka yang mahal dan amat sangat berharga sehingga tidak semua orang sanggup memilikinya.


*)Catatan kecil dari seseorang yang ingin mencari kembali sebuah kejujuran(nya) yang hilang

Kamis, 02 Juni 2011

Bersama Membuka Jendela Dunia untuk Kemajuan Bangsa

Oleh: N.Dhyra
(Diikutkan dalam lomba menulis di facebook yang diselenggarakan oleh BAPPEDA dalam rangka HUT kab. Tegal)

    Dalam era yang serba cepat ini dimana arus globalisasi, demokratisasi dan juga perkembangan teknologi informasi dan komunikasi begitu gencarnya, menuntut setiap individu untuk melek teknologi. Namun apakah kita tahu dari mana sesungguhnya akar dari perkembangan teknologi informasi yang begitu cepat ini?
    Kecanggihan teknologi informasi yang berkembang saat ini ternyata berakar dari sebuah budaya yang sederhana yaitu budaya membaca. Mengapa budaya membaca dikatakan sebagai akar dari kebangkitan teknologi yang merupakan indikasi kemajuan suatu bangsa?
Mungkin kita sudah seringkali mendengar bahwa kemajuan suatu bangsa ditentukan oleh tinggi rendahnya budaya baca masyarakatnya. Sejarah telah membuktikan bahwa buku dan budaya baca merupakan kunci perubahan dunia, sehingga tak salah jika dikatakan buku adalah jendela dunia. Hal itu bisa kita lihat dari kemajuan negara-negara seperti Amerika, Korea, Jepang yang mengawali kemajuan negara mereka dengan ketekunannya membaca.
Sebenarnya manfaat budaya membaca bagi kunci kemajuan suatu bangsa juga dapat dilihat dari sejarah bangsa kita sendiri. Para tokoh pendiri Republik Indonesia ini adalah mereka-mereka yang membangun intelektualnya melalui budaya membaca. Bung Karno, Bung Hatta, Hamka, R.A.Kartini dan tokoh-tokoh sekaliber mereka lainnya sungguh mempunyai komitmen dan kecintaan yang luar biasa terhadap dunia membaca.
    Jadi budaya membaca sebenarnya merupakan warisan dari para pendiri bangsa ini yang mungkin kini telah tergeser oleh budaya-budaya lain yang terbentuk seiring perubahan kondisi dan situasi di negara kita ini. Seperti yang pernah dikatakan oleh A.M. Fatwa bahwa membaca adalah warisan yang terputus bagi bangsa Indonesia.
    Bahkan berdasarkan survei UNESCO, budaya baca masyarakat Indonesia berada di urutan ke-38 dari 39 negara dan merupakan yang paling rendah di kawasan ASEAN. Indeks Membaca masyarakat Indonesia saat ini baru sekitar 0,001, artinya dari seribu penduduk, hanya ada satu orang yang masih memiliki minat baca tinggi. Bukan itu saja, kemampuan anak-anak Indonesia dalam menguasai bahan bacaan juga rendah, hanya 30%, memang sungguh memprihatinkan melihat keadaan tersebut.
    Wilayah kabupaten Tegal sebagai bagian kecil dari bangsa ini sudah sepatutnya ikut mendukung dan berperan aktif terhadap segala hal yang mampu meningkatkan kemajuan bangsa. Jika membaca dapat mendorong kemajuan suatu masyarakat maka mengapa kita tidak menumbuhkan kembali budaya membaca di wilayah kabupaten Tegal ini sebagai salah satu usaha menuju masyarakat yang maju? Melihat dari Indeks Membaca Indonesia secara keseluruhan yang hanya 0,001 lalu bagaimana dengan Indeks Membaca di kabupaten Tegal sendiri?
    Sebenarnya tinggi rendahnya minat baca masyarakat dipengaruhi oleh faktor internal maupaun eksternal dari masing-masing individu dimana factor internal-lah yang cenderung lebih dominan. Rendahnya minat baca dikalangan masyarakat kita ini tak dipungkiri karena masyarakat kita belum  menempatkan buku sebagai kebutuhan pokok, setelah  pangan, sandang, dan papan.
    Namun saya yakin dari sekian banyak masyarakat Indonesia khususnya kabupaten Tegal, pasti masih ada orang-orang yang peduli terhadap kelangsungan budaya membaca di wilayah kabupaten Tegal ini walau hanya sedikit. Dari yang sedikit ini tidak menutup kemungkinan akan memiliki pengaruh yang besar jika terus dikembangkan dan mendapat dukungan dari seluruh stakeholder yang terkait. 
Jadikan membaca sebagai kegiatan wajib dalam rutinitas kita, sediakan waktu efektif walau sebentar bagi otak kita untuk mendapat asupan gizi tentunya dengan bahan-bahan bacaan yang positif. Berbeda dengan menonton atau mendengar yang cenderung pasif, membaca mengaktifkan kemampuan berpikir dan analisis. Membaca membantu meningkatkan kemampuan konsentrasi dan memicu rasa ingin tahu. Membaca juga memberi peluang lebih luas untuk berimajinasi.
    Saat ini mulai bermunculan perpustakaan desa, taman baca, rumah baca atau pojok-pojok baca di tempat-tempat umum. Namun sekali lagi fasilitas-fasiltas tersebut tak akan efektif jika tidak dikelola secara optimal. Untuk mengelola secara optimal maka diperlukan SDM yang mampu dan memang memiliki ketertarikan serta kepedulian terhadap perkembangan budaya baca dan kemajuan kabupaten Tegal kita yang tercinta ini. Sehingga segala aktifitas dan kegiatan yang dilakukan tak hanya sekedar menggugurkan kewajiban melainkan disertai rasa tanggungjawab yang besar.
    Beberapa fakta yang yang pernah saya temui adalah, banyak perpustakaan sekolah yang mati tidak berkembang sama sekali. Beberapa pojok baca yang hanya jadi etalase karena buku-buku yang dipajang tak mampu menarik minat orang untuk membacanya. Ada perpustakaan desa yang meski sudah menerima bantuan dari pemerintah namun tak ada yang mengelola sehingga buku-buku yang ada hanya tersusun rapi di lemari. Perpustakaan keliling yang mungkin keberadaannya dirasa masih sangat kurang karena rute yang ada belum menjangkau seluruh wilayah kabupaten Tegal.
    Namun permasalahan-permasalahan tersebut tidak sepenuhnya menjadi tanggung jawab pemerintah. Kita sebagai bagian dari masyarakat juga harus ikut berperan aktif jika kita masih peduli dengan kemajuan bangsa ini. Beberapa langkah sederhana yang mungkin bisa dilakukan, sediakan selalu buku atau bahan bacaan dimanapun kita berada, di meja kerja kita, di dalam tas, di kendaraan sehingga dimanapun kita berada isilah waktu luang dengan membaca.
Biasakan untuk memberi hadiah berupa buku, jadi bagi mereka yang tak gemar membacapun lama kelamaan akan penasaran dengan buku-buku yang sering diterimanya. Jangan pernah pelit meminjamkan buku kita karena ada sebagian dari kita yang sangat rindu membaca namun terhalang oleh keterbatasan ekonomi. Meski terkadang ada perasaan khawatir jikalau buku yang kita pinjamkan  akan rusak namun dengan meminjamkan buku yang bermanfaat kita telah ikut berperan dalam meningkatkan budaya baca dilingkungan sekitar kita.
    Jadikan perpustakaan, taman baca, rumah baca atau pojok baca menjadi tempat yang selalu dirindukan untuk dikunjungi. Rubahlah imej perpustakaan sebagai tempat yang membosankan menjadi tempat yang menyenangkan. Buatlah ruang baca yang colorful dan nyaman, kita bisa menjadikan permainan sebagai salah satu cara untuk menarik dan meningkatkan minat baca anak-anak. Meski awalnya mereka datang tidak untuk membaca namun pada akhirnya mereka akan terpancing untuk membaca.
Bagi pemerintah sendiri diharapkan dapat memberi perhatian lebih dan tidak mempersulit birokrasi bagi menculnya taman-taman baca di lingkungan kabupaten Tegal. Diharapkan dengan meningkatnya minat baca dilingkungan kabupaten Tegal maka dapat meningkatkan Indeks Membaca yang juga mempengaruhi Indeks Pembangunan Manusia (IPM). Jangan sampai IPM yang sudah rendah akan makin terpuruk dengan rendahnya Indeks Membaca. Sebagai informasi berdasarkan laporan UNDP pada tanggal 4 November 2010, IPM Indonesia berada pada level 0.6 atau berada dibawah 107 negara berkembang dalam kategori Medium Human Development. Jangan hanya memfokuskan sasaran pembangunan pada sektor ekonomi saja, hal itu memang penting untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Namun mari kita coba ikut membangun melalui sektor lain yang tak kalah pentingnya sehingga pada saatnya nanti seluruh sektor akan bertemu pada satu titik yaitu kabupaten Tegal yang maju.
Bukan sesuatu yang mustahil jika beberap tahun kedepan, budaya membaca ini bisa membawa kabupaten Tegal menjadi daerah yang maju. Namun sekali lagi hal tersebut tak akan mudah jika hanya dilakukan oleh segelintir orang, perlu partisipasi dan dukungan dari berbagai pihak. Bukan tidak mungkin suatu saat nanti disetiap desa, setiap RW atau bahkan disetiap RT di kabupaten Tegal ini akan memiliki perpustakaan sendiri untuk memenuhi kehausan membaca dari masyarakatnya.
Akhir dari  tulisan ini saya ingin sedikit mencuplik beberapa ayat Al-Qur’an terkait dengan pentingnya budaya membaca. Jika tak sedemikian banyak manfaatnya, tentulah bukan membaca yang diperintahkan Allah pertama kali pada Nabi SAW lewat surat Al-'Alaq :"Bacalah dengan menyebut nama Tuhanmu yang menciptakan. Dia telah menciptakan manusia daripada segumpal darah. Bacalah...! Dan Tuhanmulah yang paling Pemurah, yang mengajarkan manusia dengan perantaraan kalam. Dia mengajar manusia apa yang tidak ia ketahui.”
(QS: Al-‘Alaq: 1-5).
***

Get Well Soon My Sweety

  Ini adalah catatan pertamaku di tahun 2022, catatan pertama yang diawali dengan kesedihan. Kesedihan karena tulisan ini aku buat saat seda...