Rabu, 15 Juni 2011

JUJUR, Begitu berharganya???

Sore ini melihat berita disalah satu stasiun televisi tentang kasus yang sedang jadi perbincangan yaitu tentang "Mencontek masal". Miris mengatakannya namun munkin inilah realita yang harus kita sadari, jika mau diungkap kegiatan mencontek masal tak hanya terjadi di satu dua tempat yang muncul ditelevisi. Mungkin hampir sebagian besar siswa sekolah dinegeri ini pernah melakukannya (semoga perkiraanku ini keliru) entah dalam sekala ujian nasioanal atau hanya sebatas ulangan harian. Lantas kemanakah larinya kejujuran?

Masih ingat saat SD dulu aku sempat dikucilkan oleh teman-teman hanya karena tidak mau memberikan contekan saat ulangan harian. Memang tak lama setelah itu kami berbaikan kembali karena dengan terpaksa akhirnya dilain kesempatan kuberikan juga beberapa jawabanku. Sungguh saat itu naluriku sebagai seorang anak kecil sesungguhnya berontak melihat teman-temanku yang saling mencontek saat ulangan namun apa daya seorang gadis kecil yang tak punya keberanian untuk melawan. Namun akhirnya aku membuat aturan sendiri bahwa aku tak akan memberikan jawabanku jika temanku tak memberikan jawabannya padaku. Untuk memastikan temanku tak bermain curang kadang aku tanyakan soal-soal yang sebenarnya aku sudah tahu jawabannya namun kenyataannya tetap saja ada teman-temanku yang bermain curang dengan memberi jawaban salah terutama rival-rivalku. Akhirnya aku lebih sering berbohong dengan mengatakan bahwa jawaban dari soal-soal yang mereka tanyakan belum aku jawab. Sungguh benar-benar dilema...

Namun beranjak dewasa akhirnya aku semakin cuek, melihat teman-teman yang saling contek sudah menjadi hal yang biasa meski untuk melakukannya sendiri aku tak cukup berani sampai-sampai seorang teman sempat kesal karena aku tak berani membuka buku saat ulangan padahal kesempatan itu sudah ada. Aku masih ingat saat itu ulangan sejarah kelas 2 SMP, kebetulan sekali kami mendapat tempat duduk yang ada lacinya (tempat duduk kita berputar setiap harinya) buku paket sudah kami siapkan dilaci tempat dudukku yang memang meja diatasnya agak berlubang sehingga kami pikir akan lebih mudah mencontek. Sebelum ulangan kami juga sudah latihan (kalau diingat lucu juga) :D. Dan tibalah saat ulangan, temanku yang bertugas memperhatikan gerak gerik guru kami langsung menyuruhku membuka buku begitu melihat ada kesempatan, ku coba melihat dari lubang diatas meja namun tak banyak tulisan yang bisa terbaca. Waktu sudah hampir habis namun kami belum berhasil menemukan jawaban yang kami cari, temanku mulai agak kesal karena aku tak berani menarik buku dari laci agar lebih mudah mencari jawaban. Posisi dudukku yang dekat dinding dianggap aman oleh temanku untuk mencontek sambil dia terus mengawasi gerak gerik guru kami namun akhirnya hingga waktu habis kami tetap tak berhasil mencontek. Temanku agak kesal namun akhirnya dia memaklumi, apalagi tanpa mencontek nilai kami saat itu masih terbilang bagus.

Sepanjang aku mengenyam bangku sekolah kejujuran merupakan suatu barang langka, yang jujur itu mujur tak berlaku disana melainkan yang jujur itu ancur. Anak-anak yang berusaha jujur biasanya cenderung dikucilkan, dianggap sok dan tidak setia kawan karena tidak mau membantu teman-temannya. Siapa yang betah betah jika dikucilkan? Mungkin itulah alasan yang akhirnya membuat beberapa dari kita menggadaikan kejujuran yang kita miliki atau mungkin banyak alasan lain yang mengharuskan kejujuran itu lepas dari genggaman kita. Pernah aku baca disebuah tabel kriteria seorang CEO sukses bahwa kriteria yang pertama bukan kepandaian melainkan kejujuran. KEJUJURAN sungguh barang langka yang mahal dan amat sangat berharga sehingga tidak semua orang sanggup memilikinya.


*)Catatan kecil dari seseorang yang ingin mencari kembali sebuah kejujuran(nya) yang hilang

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Get Well Soon My Sweety

  Ini adalah catatan pertamaku di tahun 2022, catatan pertama yang diawali dengan kesedihan. Kesedihan karena tulisan ini aku buat saat seda...