Kamis, 02 Juni 2011

Bersama Membuka Jendela Dunia untuk Kemajuan Bangsa

Oleh: N.Dhyra
(Diikutkan dalam lomba menulis di facebook yang diselenggarakan oleh BAPPEDA dalam rangka HUT kab. Tegal)

    Dalam era yang serba cepat ini dimana arus globalisasi, demokratisasi dan juga perkembangan teknologi informasi dan komunikasi begitu gencarnya, menuntut setiap individu untuk melek teknologi. Namun apakah kita tahu dari mana sesungguhnya akar dari perkembangan teknologi informasi yang begitu cepat ini?
    Kecanggihan teknologi informasi yang berkembang saat ini ternyata berakar dari sebuah budaya yang sederhana yaitu budaya membaca. Mengapa budaya membaca dikatakan sebagai akar dari kebangkitan teknologi yang merupakan indikasi kemajuan suatu bangsa?
Mungkin kita sudah seringkali mendengar bahwa kemajuan suatu bangsa ditentukan oleh tinggi rendahnya budaya baca masyarakatnya. Sejarah telah membuktikan bahwa buku dan budaya baca merupakan kunci perubahan dunia, sehingga tak salah jika dikatakan buku adalah jendela dunia. Hal itu bisa kita lihat dari kemajuan negara-negara seperti Amerika, Korea, Jepang yang mengawali kemajuan negara mereka dengan ketekunannya membaca.
Sebenarnya manfaat budaya membaca bagi kunci kemajuan suatu bangsa juga dapat dilihat dari sejarah bangsa kita sendiri. Para tokoh pendiri Republik Indonesia ini adalah mereka-mereka yang membangun intelektualnya melalui budaya membaca. Bung Karno, Bung Hatta, Hamka, R.A.Kartini dan tokoh-tokoh sekaliber mereka lainnya sungguh mempunyai komitmen dan kecintaan yang luar biasa terhadap dunia membaca.
    Jadi budaya membaca sebenarnya merupakan warisan dari para pendiri bangsa ini yang mungkin kini telah tergeser oleh budaya-budaya lain yang terbentuk seiring perubahan kondisi dan situasi di negara kita ini. Seperti yang pernah dikatakan oleh A.M. Fatwa bahwa membaca adalah warisan yang terputus bagi bangsa Indonesia.
    Bahkan berdasarkan survei UNESCO, budaya baca masyarakat Indonesia berada di urutan ke-38 dari 39 negara dan merupakan yang paling rendah di kawasan ASEAN. Indeks Membaca masyarakat Indonesia saat ini baru sekitar 0,001, artinya dari seribu penduduk, hanya ada satu orang yang masih memiliki minat baca tinggi. Bukan itu saja, kemampuan anak-anak Indonesia dalam menguasai bahan bacaan juga rendah, hanya 30%, memang sungguh memprihatinkan melihat keadaan tersebut.
    Wilayah kabupaten Tegal sebagai bagian kecil dari bangsa ini sudah sepatutnya ikut mendukung dan berperan aktif terhadap segala hal yang mampu meningkatkan kemajuan bangsa. Jika membaca dapat mendorong kemajuan suatu masyarakat maka mengapa kita tidak menumbuhkan kembali budaya membaca di wilayah kabupaten Tegal ini sebagai salah satu usaha menuju masyarakat yang maju? Melihat dari Indeks Membaca Indonesia secara keseluruhan yang hanya 0,001 lalu bagaimana dengan Indeks Membaca di kabupaten Tegal sendiri?
    Sebenarnya tinggi rendahnya minat baca masyarakat dipengaruhi oleh faktor internal maupaun eksternal dari masing-masing individu dimana factor internal-lah yang cenderung lebih dominan. Rendahnya minat baca dikalangan masyarakat kita ini tak dipungkiri karena masyarakat kita belum  menempatkan buku sebagai kebutuhan pokok, setelah  pangan, sandang, dan papan.
    Namun saya yakin dari sekian banyak masyarakat Indonesia khususnya kabupaten Tegal, pasti masih ada orang-orang yang peduli terhadap kelangsungan budaya membaca di wilayah kabupaten Tegal ini walau hanya sedikit. Dari yang sedikit ini tidak menutup kemungkinan akan memiliki pengaruh yang besar jika terus dikembangkan dan mendapat dukungan dari seluruh stakeholder yang terkait. 
Jadikan membaca sebagai kegiatan wajib dalam rutinitas kita, sediakan waktu efektif walau sebentar bagi otak kita untuk mendapat asupan gizi tentunya dengan bahan-bahan bacaan yang positif. Berbeda dengan menonton atau mendengar yang cenderung pasif, membaca mengaktifkan kemampuan berpikir dan analisis. Membaca membantu meningkatkan kemampuan konsentrasi dan memicu rasa ingin tahu. Membaca juga memberi peluang lebih luas untuk berimajinasi.
    Saat ini mulai bermunculan perpustakaan desa, taman baca, rumah baca atau pojok-pojok baca di tempat-tempat umum. Namun sekali lagi fasilitas-fasiltas tersebut tak akan efektif jika tidak dikelola secara optimal. Untuk mengelola secara optimal maka diperlukan SDM yang mampu dan memang memiliki ketertarikan serta kepedulian terhadap perkembangan budaya baca dan kemajuan kabupaten Tegal kita yang tercinta ini. Sehingga segala aktifitas dan kegiatan yang dilakukan tak hanya sekedar menggugurkan kewajiban melainkan disertai rasa tanggungjawab yang besar.
    Beberapa fakta yang yang pernah saya temui adalah, banyak perpustakaan sekolah yang mati tidak berkembang sama sekali. Beberapa pojok baca yang hanya jadi etalase karena buku-buku yang dipajang tak mampu menarik minat orang untuk membacanya. Ada perpustakaan desa yang meski sudah menerima bantuan dari pemerintah namun tak ada yang mengelola sehingga buku-buku yang ada hanya tersusun rapi di lemari. Perpustakaan keliling yang mungkin keberadaannya dirasa masih sangat kurang karena rute yang ada belum menjangkau seluruh wilayah kabupaten Tegal.
    Namun permasalahan-permasalahan tersebut tidak sepenuhnya menjadi tanggung jawab pemerintah. Kita sebagai bagian dari masyarakat juga harus ikut berperan aktif jika kita masih peduli dengan kemajuan bangsa ini. Beberapa langkah sederhana yang mungkin bisa dilakukan, sediakan selalu buku atau bahan bacaan dimanapun kita berada, di meja kerja kita, di dalam tas, di kendaraan sehingga dimanapun kita berada isilah waktu luang dengan membaca.
Biasakan untuk memberi hadiah berupa buku, jadi bagi mereka yang tak gemar membacapun lama kelamaan akan penasaran dengan buku-buku yang sering diterimanya. Jangan pernah pelit meminjamkan buku kita karena ada sebagian dari kita yang sangat rindu membaca namun terhalang oleh keterbatasan ekonomi. Meski terkadang ada perasaan khawatir jikalau buku yang kita pinjamkan  akan rusak namun dengan meminjamkan buku yang bermanfaat kita telah ikut berperan dalam meningkatkan budaya baca dilingkungan sekitar kita.
    Jadikan perpustakaan, taman baca, rumah baca atau pojok baca menjadi tempat yang selalu dirindukan untuk dikunjungi. Rubahlah imej perpustakaan sebagai tempat yang membosankan menjadi tempat yang menyenangkan. Buatlah ruang baca yang colorful dan nyaman, kita bisa menjadikan permainan sebagai salah satu cara untuk menarik dan meningkatkan minat baca anak-anak. Meski awalnya mereka datang tidak untuk membaca namun pada akhirnya mereka akan terpancing untuk membaca.
Bagi pemerintah sendiri diharapkan dapat memberi perhatian lebih dan tidak mempersulit birokrasi bagi menculnya taman-taman baca di lingkungan kabupaten Tegal. Diharapkan dengan meningkatnya minat baca dilingkungan kabupaten Tegal maka dapat meningkatkan Indeks Membaca yang juga mempengaruhi Indeks Pembangunan Manusia (IPM). Jangan sampai IPM yang sudah rendah akan makin terpuruk dengan rendahnya Indeks Membaca. Sebagai informasi berdasarkan laporan UNDP pada tanggal 4 November 2010, IPM Indonesia berada pada level 0.6 atau berada dibawah 107 negara berkembang dalam kategori Medium Human Development. Jangan hanya memfokuskan sasaran pembangunan pada sektor ekonomi saja, hal itu memang penting untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Namun mari kita coba ikut membangun melalui sektor lain yang tak kalah pentingnya sehingga pada saatnya nanti seluruh sektor akan bertemu pada satu titik yaitu kabupaten Tegal yang maju.
Bukan sesuatu yang mustahil jika beberap tahun kedepan, budaya membaca ini bisa membawa kabupaten Tegal menjadi daerah yang maju. Namun sekali lagi hal tersebut tak akan mudah jika hanya dilakukan oleh segelintir orang, perlu partisipasi dan dukungan dari berbagai pihak. Bukan tidak mungkin suatu saat nanti disetiap desa, setiap RW atau bahkan disetiap RT di kabupaten Tegal ini akan memiliki perpustakaan sendiri untuk memenuhi kehausan membaca dari masyarakatnya.
Akhir dari  tulisan ini saya ingin sedikit mencuplik beberapa ayat Al-Qur’an terkait dengan pentingnya budaya membaca. Jika tak sedemikian banyak manfaatnya, tentulah bukan membaca yang diperintahkan Allah pertama kali pada Nabi SAW lewat surat Al-'Alaq :"Bacalah dengan menyebut nama Tuhanmu yang menciptakan. Dia telah menciptakan manusia daripada segumpal darah. Bacalah...! Dan Tuhanmulah yang paling Pemurah, yang mengajarkan manusia dengan perantaraan kalam. Dia mengajar manusia apa yang tidak ia ketahui.”
(QS: Al-‘Alaq: 1-5).
***

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Get Well Soon My Sweety

  Ini adalah catatan pertamaku di tahun 2022, catatan pertama yang diawali dengan kesedihan. Kesedihan karena tulisan ini aku buat saat seda...