Senin, 30 Oktober 2017

Sungguh Nikmat Sehat Itu (Sehat selalu ya nak...)

Syukur alhamdulillah yang tak terhingga, entahlah mungkin itu yang bisa aku lakukan saat ini dan memang sudah seharusnya.

Setelah berbagai karunia yang Allah berikan dan juga rentetan ujian yang datang menyapa, sungguh nikmat masih diberi kesempatan menghirup udara-Nya.

Setelah nikmat sehat yang Allah SWT berikan selama ini maka beberapa bulan terakhir ini aku dan keluarga kecilku sedang benar-benar diingatkan tentang betapa indah nikmat sehat itu. Setelah sakit flu, batuk, pilek, demam yang seperti maen "ping-pong" alias muter bergantian si kakak , si dedek, bunda, ayah sampe atung dan uti juga ikutan maka puncaknya beberapa hari yang lalu si kakak difonis dokter untuk segera dirawat inap dirumah sakit.

Sepulang sekolah si kakak yang  badannya tiba-tiba terasa anget (seperti demam) membuatku agak galau untuk kembali kekantor tapi uti meyakinkanku dan terpaksa kutinggalkan kakak yang sudah pulas tidur siang. Di kantor beberapa kali aku telpon mbah uti  menanyakan kondisi kakak yang ternyata masih demam. Malam hari demam si kakak makin naik mencapai angka 39 padahal sudah diminumi parasetamol. Paginya demam tak beranjak dari angka 39, aku yang biasanya tidak terlalu cemas karena demam 39 sudah biasa buat si kakak tapi melihat kakak yang tak seceria biasanya dan nampak lemas sekali akhirnya aku memutuskan membawa si kakak ke dokter spesialis anak.

Setengah sembilan sampai disana kami dapat nomor urut 12 dan baru saja sampai kakak mengeluh mual, langsung aku lari ke kamar mandi sambil menggendong si kakak yang akhirnya baru saja mau masuk kamar mandi sudah keburu muntah. Walhasil selendang, baju kakak dan kerudungku kotor terkena muntahan. Karena tak membawa persediaan ganti akhirnya ayah aku minta pulang mengambil perlengkapan ganti si kakak. Dan saat ayah pulang sekali lagi kakak muntah, saat itu perasaanku campur aduk tak karuan. Sambil menanti antrian akhirnya si kakak tertidur dipangkuanku dan akhirnya kurang lebih jam setengah dua belas nama si kakak di panggil. Kami masuk dan duduk dihadapan pak dokter yang langsung memeriksa si kakak dan ketika kembali diukur suhunya dokter langsung menyuruh opname karena sudah diatas 40 derajat. Lemesss...

Yang aku takutkan akhirnya harus kuhadapi juga, air mata yang nyaris menetes harus kutahan sekuatnya. Sambil berusaha menenangkan kakak yang mungkin sudah tak karuan rasanya. Setelah dokter menyiapkan pengantar ke rumah sakit kami langsung pulang menyiapkan pakaian seadanya dan meluncur ke rumah sakit diantar atung dan uti. (Kebetulan ayah ada janji yang harus ditepati jadi kuyakinkan bahwa aku bisa sendiri asal setelahnya segera ke rumah sakit).

Si kakak yang baru pertama kali diinfus jelas saja ketakukan dan menangis saat akan disuntik, aku terus berusaha meyakinkan kakak bahwa ini demi kesembuhan kakak. Dari IGD akhirnya si kakak di pindahkan ke ruang perawatan kelas III (kelas I jatah kami saat itu penuh). Semalaman kakak menangis terus minta pulang, demamnya naik turun hingga menghabiskan 1 botol infus parasetamol. Alhamdulillah siangnya kami bisa pindah ke ruang Kelas I  sehingga kakak bisa istirahat lebih nyaman. Namun seenak apapun dirumah sakit ya tetep lebih enak dirumah sendiri, si kakak terus merengek minta pulang katanya kangen dedek (padahal kalo dirumah ribut aja), katanya ga suka makanan di rumah sakit dan macem2 alesan lainnya, intinya si kakak pengen pulang.

Alhamdulillah, akhirnya setelah 3 hari dokter mengijinkan si kakak pulang dengan catatan harus jaga makanan dan tidak usah berangkat sekolah dahulu.

Dan hari ini sudah beberapa hari si kakak kembali ke rumah dan sepertinya sedang mulai 'kemaruk' mudah2an seterusnya nafsu makannya bisa bertambah. Dan yang terpenting untuk kalian berdua putri kesayangan bunda semoga Allah selalu karuaniakan kalian kesehatan yang barokah. Sehat selalu ya sayang, yang lalu biarlah menjadi pelajaran kita bersama semoga kedepannya semua akan lebih baik lagi. Aamiin....




*) Sehat-sehat dan akur selalu ya sayang (Adistia 4y8m, Rania 1y1m) 

Selasa, 19 September 2017

Sesaat Yang Selalu Memberikan Semangat....

Kurang lebih masih ada duapuluh menit lagi sebelum bel pulang (16.15), alhamdulillah target untuk hari ini 80% sudah terselesaikan sisanya karena masalah teknis yang memang diluar wewenang dan kuasaku untuk bisa segera menyelesaikannya.

Sedikit ingin berbagi lewat coretan sore ini tentang ceritaku hari ini, cerita bersama teman-teman Asma Nadia. Semenjak kuliah di tingkat awal buku-buku Mbak Asma Nadia sudah mencuri perhatianku dan lewat buku "Jangan Jadi Muslimah Nyebelin" tulisan Mbak Asma makin menyihirku. Namun hingga saat ini buku favoritku masih pada "Catatan Hati Disetiap Sujudku", buku yang walau sudah lecek tapi akan selalu punya tempat khusus terlebih saat aku butuh motivasi menjalani hidup yang tak selalu seindah yang kita impikan.

Dan hari ini lewat info dari Sarah (anggota RBA Tegal) yang kebetulan bersekolah di SMA N 1 Slawi, kami berkesempatan bertatap muka kembali dengan Mbak Asma setelah kurang lebih 2 tahun lalu kami terakhir bertemu di acara serupa. Mbak Asma terlihat semakin cantik dan tetap terlihat enerjik, berbeda dengan diriku yang setelah dilihat di foto terlihat 'kucel' karena memang aku yang selalu tanpa make-up. Alhamdulillah RBA Tegal mendapat rejeki dari Mbak Asma, Sarah diminta memilih sendiri buku-buku baru yang belum ada di RBA Tegal untuk bisa menambah koleksi di rak kami. Kami juga sempat berfoto meski harus sabar mengantri dengan adek-adek SMA yang juga antri ingin berfoto (jadi berasa masih SMA heeee).

Tak banyak yang kami bicarakan karena saya tahu betapa padatnya jadwal Mbak Asma Nadia. Meski hanya bertegur sapa sekedar menanyakan kabar dan obrolan singkat kami namun jabat tangan dan peluk hangat dari Mbak Asma selalu bisa membangkitkan 'semangatku' yang sering kali timbul tenggelam. Semangat untuk bisa menelurkan buku solo, bukan sekedar buku namun tiap detail katanya syarat makna dan pastinya bermanfaat bagi siapa saja yang membacanya.

Siang itu aku menbeli satu novel Mbak Asma "Jilbab Traveler Love Sparks In Korea" selain aku suka filmya karena tokoh dalam novel itu sama dengan nama putri keduaku RANIA. Semoga Allah SWT mendengar doa bunda suatu saat nanti seperti tokoh dalam novel tersebut RANIA bisa mewakili mata bunda yang belum sempat menjelajahi kebesaran ciptaan Allah diseluruh belahan bumi Allah yang luas ini. Semoga kelak Kakak Disti dan Dedek Rania bisa saling menguatkan untuk bisa mewujudkan mimpi-mimpi ayah dan bunda yang mungkin belum Allah jadikan nyata saat ini.

Menulis mencatatkan sejarah, semoga lewat blog ini pula someday anak-anakku bisa lebih mengenal siapa bundanya. Seorang ibu biasa yang ingin menjadikan anak-anaknya luar biasa, ibu biasa yang terus berusaha menjaga nyala mimpinya meski angin kencang terus menerus ingin memadamkannya.

Dahulu aku pernah jadi bagian sejarahnya
Special tanda tangan buku-buku baru untuk RBA Tegal

Untuk Rania-ku (jangan lupa ajakin ayah, bunda dan kakak Disti ya....)

Alhandulillah sempat mengambil kenang-kenangan.


*)Jelang sore (04.10 WIB), dan mbah uti sudah sms suruh cepet pulang karena sudah 'kelempohen' jagain Rania yang lagi aktif-aktifnya.

Selasa, 12 September 2017

Cerita Siang Ini...

Tidak seperti biasanya, hari ini saat istirahat siang aku tidak pulang kerumah karena tadi pagi sudah ijin untuk berangkat lebih siang karena menemani si kakak imunisasi MMR di sekolah. Jadilah siang ini mencari teman makan siang dan rejeki silaturahmi hari ini adalah dengan Mbak Dewi yang memang sudah lama juga kita tidak bersua.

Selepas makan siang kami berbincang sejenak sambil menikmati panas matahari menjelang sore di teras kantor dengan berbagai topik pembicaraan yang "campur aduk" dan tidak bisa aku jabarkan disini.

Sedikit yang ingin aku bagi dari perbincangan kami siang ini, yang sebenarnya jadi pengingat bagi diri kami sendiri. Benarlah jika dosa itu 'berbau' maka tidak akan ada orang yang mau melakukan dosa, siapa sih yang mau deket2 dengan orang yang 'bau'. Mungkin sampai detik ini tak bisa dibayangkan seperti apa baunya diriku karena aku yakin baik sadar atau tidak telah banyak dosa yang aku lakukan. Sebaik apapun seseorang dalam pandangan kita pasti ada setitik noda padanya entah dalam sikapnya atau tuturnya. Hanya atas kebesaran dan kebaikan Allah SWT saja yang telah menutupi aib kita dengan hanya menampakan kebaikan-kebaikan yang ada dalam diri kita. Janganlah merasa paling bersih, paling suci, paling tak berdosa karena kita bukan manusia sempurna yang tanpa cela.

Semoga Allah selalu menjaga kita dengan sebaik-baik penjagaan dan perlindungan-Nya, selalu menuntun langkah kita dijalan yang diridhoi-Nya, dan mengampuni segala dosa-dosa kita. Aamiin


*)curhat siang sambil nungguin SAPK yang error sehat kembali ^_^


Rabu, 06 September 2017

My Love My Family (Spesial Rania Azhifa Haidah)

Alhamdulillah.... syukur yang tak terhingga masih bisa dibangunkan pagi ini dalam keadaan sehat walafiat, masih bisa menghirup udara-Nya yang segar GRATIS, masih bisa melihat senyum-senyum kecilku menyambut pagi.

Apa yang aku tulis sebenarnya hanya dalam rangka menyempatkan menuangkan ide agar tak beku didalam otak saja dan agar akupun tak lupa caranya menulis. Meski entah kapan cita-cita untuk bisa menyatukan seluruh tulisanku dalam sebuah buku bisa terwujud yang penting tetap terus menulis (keep writing).

Setelah menelusuri jejak tulisan dalam blog ini ternyata ada yang kurang, aku belum pernah menceritakan khusus tentang si kecil RANIA. Semua foto dan memory yang ada hampir seluruhnya masih bercerita tentang si kakak DISTI.

RANIA AZHIFA HAIDAH (Semoga kelak engkau menjadi ratu (menjadi pemimpin besar) yang salehah, jujur dan adil) itulah harapan kami atas kelahiranmu di malam 7 September 2016 melalui operasi SC karena bunda tak merasakan tanda-tanda apapun akan kelahiranmu hingga melewati HPL. Tangismu pecah malam itu dokter mengatakan bayi perempuan yang cantik dengan berat 3,6kg panjang 49cm, jika tak salah ingat sekitar pukul sepuluh malam dan cukup kaget juga karena dulu kakakmu tak seberat itu. Sejenak bunda menciummu sebelum kita dipisahkan sementara dan tak bisa dibendung air mata haru itupun mengalir begitu saja. "Ya Allah...sekarang Engkau tambah lagi amanah yang harus aku pegang, semoga engkau berikan aku kemampuan untuk menjaga amanah-Mu ini".

Pagi hari pasca operasi bunda meminta Ayah untuk segera membawamu ke ruang perawatan karena ASI bunda sudah menantimu, Alhamdulillah rasanya nikmat sekali bisa langsung menyusuimu walau dengan susah payah karena posisi tangan masih diinfus dan untuk miring apalagi duduk bunda masih susah. Sejak hari itu dan hingga hari ini kita terus membangun bonding yang kuat lewat ASI, 6 bulan pertama yang penuh perjuangan untuk bisa memberimu ASIX dan selanjutnya perjuangan untuk bisa mempersiapkan MPASI terbaik setiap pagi sebelum bunda ke kantor. Maafkan bunda jika tidak bisa seperti ibu-ibu yang lain yang sangat kreatif dan sempat membuatkan MPASI yang variatif. Melihatmu makan dengan lahap tumbuh sehat dan ceria saja sudah membuat bunda sangat bersyukur.

Tak terasa kini usiamu sudah hampir 1 tahun, 12 bulan yang benar-benar terasa singkat. Senyumu, tawamu, ceriamu, tangismu dan segala tingkah lakumu memberikan lebih banyak warna dalam hidup kami. Ayah, Bunda dan Kakak semua sayang Rania begitupun Rania pasti sangat menyayangi kami. Dilihat betapa senangnya jika bermain dengan si kakak meski terkadang si kakak acuh padamu, betapa berbinarnya matamu setiap kali melihat bunda pulang, suaramu yang jelas sekali memanggil "ayah" setiap menyambut ayah pulang. Tak peduli kerikil, onak duri ataupun airmata yang sudah tumpah namun kini kita hanya perlu bersyukur atas segala nikmat dan karunia-Nya yang telah menyatukan kita (Ayah, Bunda, Kakak, Dedek).

Teruntuk putri kecil kami, adik kecil kami yang sedang terus belajar melangkahkan kaki kecilnya, semoga langkah pertamamu ini kelak akan menjadi awal dari ribuan, jutaan bahkan milyaran langkahmu nanti menjelajahi bumi Allah ini. Semoga Allah memberkahi usiamu...(kesayangan ayah, bunda dan kakak).



#curhatsiang
#tentangrania
#mylovemyfamily

Kamis, 24 Agustus 2017

Jangan Pernah Merasa Paling....


Kurang lebih tiga puluh menit lagi waktuku menjemput kakak pulang sekolah, beberapa pekerjaan sudah saya selesaikan tinggal minta asmanan (tanda tangan) atasan. Tapi hati, pikiran dan jari-jari ini terlanjur terbawa emosi tak bisa menahan diri untuk tidak menari diatas keyboard memainkan kata-kata syarat makna.

Tadi sekitar jam sepuluhan saya diajak oleh teman-teman kantor takziah kerumah seorang teman (penjahit langganan kami) yang baru saja ditinggal oleh suaminya. Seperti biasa, rasanya tak percaya jika mendengar kabar kematian mendadak seperti ini karena memang belum lama ini saya bolak balik kesana menanyakan jahitan saya. Usia yang terbilang masih cukup muda, dia harus ikhlas ditinggal oleh suami selama-lamanya dan harus kuat untuk terus melanjutkan hidup bersama 2 orang buah hatinya. Dia tidak boleh terlalu lama larut dalam kesedihan karena masih ada karyawan-karyawan yang menggantungkan hidupnya dari usaha menjahitnya. Semoga Allah berikan beliau kekuatan dan keikhlasan menjalani roda kehidupan selanjutnya dan semoga suaminya (alm) diampuni segala dosa dan diterima segala amal perbuatannya, aamiin

Mendengar sendiri kabar kematian mendadak selalu membuat ciut hati ini, bukan ingin berprasangka buruk terhadap takdir-Nya terkadang saya berpikir bagaimana jika peristiwa ini menimpa saya, siapkah? Namun umur, kematian memang misteri Ilahi dan kita siap tidak siap harus siap menghadapi saat itu, entah kita dulu yang harus berpulang atau orang-orang terdekat kita (ga kuat membayangkannya...). Selain berita duka itu, saya juga baru mendengar cerita dari seorang teman tentang kondisi keluarganya yang ternyata tidak seperti apa yang kita lihat dan akhirnya disatu sisi membuat saya lebih bersyukur.

Seperti judul tulisan ini, "Jangan Pernah Merasa Paling...". Jangan pernah kita merasa paling merana, paling sedih, paling tidak beruntung didunia ini karena jika kita mau melihat lebih dekat lagi masih banyak sahabat, saudara atau orang-orang hidupnya jauh lebih "menderita" dari kita maka bersyukurlah selalu atas apapun kondisi kita. Jangan pernah kita merasa paling hebat, paling sukses, paling beruntung, karena diatas langit masih ada langit dan kesenangan itu justru ujian yang 'terselubung' yang seringkali membuat kita terlena (semoga tidak membuat kita takabur).

Saya menulis ini juga sebagai selfreminder karena sayapun pernah "merasa paling..." Alhamdulillah Allah mempertemukan saya dengan orang-orang, sahabat dan saudara yang akhirnya bisa mengingatkan dan menyadarkan saya agar tak pernah "merasa paling...". Juga dengan lelaki yang sudah 5 tahun lebih ini kami berjalan bersama, darinya saya belajar banyak hal agar jangan pernah "merasa paling...". Lelaki yang keras, cuek, namun dibalik sikap keras dan cueknya saya tahu dia sangat menyayangi kami, disitulah saya tahu bahwa sayang tak harus diungkapkan dengan kata-kata. Saya yang pernah merasa paling...kini bersyukur atas takdir yang sudah saya lewati hingga detik ini, atas skenario yang sudah Allah tuliskan.

Maka benarlah saat kita diberi nikmat bersyukurlah, saat diberi ujian bersabarlah, selalu libatkan Allah SWT disetiap langkah kita disetiap hembusan nafas kita sehingga kita tak pernah merasa paling... Karena setiap orang memiliki ujiannya masing-masing.

#curhatsiang
#selfreminder
#breakdulu

Jumat, 04 Agustus 2017

Sehat Selalu Sayang.... (Saat Kakak Sakit))

Assalamu'alaikkum.... Selamat Pagi.... Salam Sejahtera

Alhamdulillah hari ini kakak Disti sudah mulai sekolah lagi meski jujur saya masih agak khawatir tapi teriring doa untuk sang buah hati semoga Allah menjaga kakak dengan sebaik-baik penjagaan dan perlindungan-Nya. Aamiin

Disela entrian Kenaikan Gaji Berkala yang harus segera di proses (sementara KP rehat dulu) emak cuma pengen curhat aja. Siapapun tak ada yang menginginkan sakit termasuk Kakak yang sudah hampir seminggu ini kurang enak body mungkin karena sedang perubahan cuaca dan kondisi tubuh yang tidak terlalu fit jadilah  tubuhnya yang protes. Terakhir kakak mengeluh telinganya sakit setelah 2 hari akhirya emak bawa ke THT dan ternyata ada infeksi disaluran telinga tengah dan dokter bilang JANGAN MINUM ES! Dan kalau kakak sakit jadilah emak yang pusing tujuh keliling karena kakak susah pake banget kalau disuruh minum obat, yang ada prosesi minum obat hampir selalu disertai drama air mata dan lebih ekstrim lagi seperti adegan 'penjagalan'.

Pagi ini sengaja kakak tak dibangunkan pagi-pagi karena udara terasa dingin sekali, emak nganterin dedek dulu kerumah atung/ uti baru setelah itu balik lagi kerumah mengurus perlengkapan kakak kesekolah. Selesai mandi, ganti pakaian dan sarapan maka sampailah pada adegan minum obat. Raut wajah kakak langsung berubah dia minta diambilin air putih sebelum minum obat,  "berdoa dulu sayang, Ya Allah semoga kakak cepet sempuh dan ga sakit sakit lagi" (doa yang dulu saat aku kecil sering aku ucapkan sebelum minum obat). Obat (syrup manis) sudah siap disendok mulut kakak sudah terbuka obat pun masuk namun selang beberapa detik obatpun dimuntahkan lagi kata kakak ga enak, sembari mewek "nda, ga usah minum obat lagi".

Masya Allah....paringi sabar... kapan sembuhnya kalau setiap minum obat mesti begini? Dengan nada sedikit meninggi "Kakak mau sembuh ga? Kakak sayang bunda kan? Nurut dong kalau diobati, bunda pengen kakak sembuh". Akhirnya saya putuskan menjauh sejenak kedalam dan membiarkan kakak sendiri diteras sambil memandangi tetesan obat yang dia muntahkan tadi.

Dan emakpun mengantar kakak kesekolah sambil menghela napas sabar...sabar...sabar... "nanti siang minum obat lagi ya kakak karena tadi keluar semua harusnya minum lagi nanti malam" dan kakak hanya diam dengan raut wajah datar. Yang membuatku agak tenang adalah senyum diwajah kakak saat aku tinggalkan dia disekolah sambil melambaikan tangan kakak tersenyum dengan mata yang bersianar. Semoga sehat selalu ya kakak, sungguh berharga nikmat sehat itu syukur alhamdulillah atas nikmat sehat selama ini.



Itulah drama emak pagi ini, terima kasih sudah mau dengerin curhat emak
*)Jum'at berkah, disela-sela jam kantor diantara tumpukan berkas

Kamis, 27 Juli 2017

Ini Rezeki Saya (Tak melulu soal materi)

Bismillah...

Lagi-lagi ngeblog karena bete nungguin SAPK yang katanya lagi "maentenis" atau "mantenan" entah sampe kapan yang imbasnya kerjaan kantor jadi terpending hingga batas waktu yang belum ditentukan.

Okelah kita tinggalkan SAPK dulu dan mari coret-coret sejenak sambil menanti waktu pulang yang kurang beberapa menit lagi. Sebenarnya sudah lama ingin sekali menuliskan hal ini, ide yang sudah cukup sering berseliweran dikepala. Tidak jauh-jauh temanya masih seputar rezeki, tema yang sering diangkat dan ga habis dibahas.

Yakinlah bahwa rezeki tak akan pernah tertukar dan Allah sudah menjamin rezeki setiap mahluknya, percaya deh. Kita saja yang seringkali tidak sadar kalau sudah dicukupkan rezekinya, depenuhi kebutuhannya karena dalam pikiran kita yang namanya rezeki masih seputar MATERI padahal tidak sesempit itu.

Dan bagi saya pribadi yang saat ini masih tinggal bersama mertua dan dekat dengan orang tua, itu juga sebuah rezeki dari Allah bagi saya. Meski ada yang bilang 'kapan mandirinya kalau nempel orang tua terus?' tapi peduli amat toh tidak merugikan mereka juga. Mengapa saya katakan rezeki karena tinggal dekat dengan ortu saya bisa lebih tenang menitipkan anak-anak (meski ada rewang) saat saya harus kekantor. Mau beli rumah sendiri juga memang belum mampu, mau jadi kontraktor masih banyak pertimbangan. Mungkin ini rezeki yang Allah berikan buat saya dan keluarga karena saya belum mampu untuk menggaji pengasuh yang eksklusif menjaga penuh anak-anak dari pagi sampai sore saya pulang kantor dan membereskan semua pekerjaan rumah saya. Saya hanya berusaha mengambil sisi positifnya saja daripada mengambil hati omongan orang yang tidak ada habisnya kalau diikuti.

Buat teman-teman yang mungkin senasib, masih tinggal dengan orang tua atau ikut di pondok mertua indah (heeee....) santai saja ini rezeki kita, ini kesempatan kita. Jangan hanya "numpang urip" dan ngrepotin ortu tapi berusahalah sebisa dan semampu kita untuk menyenangkan mereka tak melulu dengan materi tapi buatlah hati orang tua 'bahagia' sehingga mereka ridho dengan kita dan semoga itu menjadi jalan kemudahan bagi kita untuk bisa kelak hidup diistana sendiri.

Seperti kata kakak Disti yang sudah mulai bilang pengen punya "Rumah Impian" bunda juga pengen sayang, semoga Allah mendengar doa dan melihat usaha kita. Insya allah...



Selasa, 18 Juli 2017

Ngepost lagi...ngepost dulu...Jumpa lagi ^_^

Assalamu'alaikum.... Pa kabar semua?

Huwaaaaa ternyata sudah luama buangetzzz yo diriku tak berbagi tulisan 'dirumah' mungilku ini. Tulisan terakhirku masih seputar si manis Adistia yang sekarang sudah jadi si Kakak lho. Alhamdulillah 7 September 2016 yang lalu diriku resmi bergelar Mahmud (mamah muda) dengan 2 balita. Adistia Azkadina Mufidah dan Rania Azhifa Haidah, dua bidadari kecil yang akan menghiasi hari-hariku dengan senyum, canda, tawa, air mata dan bahagia. Sudah 10 bulan aku menjalani nano-nanonya punya dua balita. Selalu rempong dipagi hari terlebih saat khadimat tidak ada, namun someday aku pasti bakal kangen masa-masa ini.

Mulai 17 Juli 2017 kemarin si Kakak resmi jadi anak sekolahan, akhirnya jadi juga sekolah TK. Awal sekolah yang sempat aku khawatirkan alhamdulillah tidak terjadi semuanya masih aman terkendali. Ga ada insiden menangis mau ditinggal kekantor dan mogok ga mau sekolah, si Kakak justru antusias sekali dan bilang "bun, besok sekolah lagi ya".

Sembari nunggu aplikasi SAPK yang lemodddddd bingitzzzzz daripada gondok sendiri mending mengunjungi rumahku yang lama sepi. Semoga kedepan bisa berbagi lagi dengan lebih banyak cerita, yang mungkin ga penting sih bagi kalian tapi bagiku inilah sejarahku kelak yang mungkin bisa dinikmati oleh anak cucuku nanti dan mereka tahu bahwa aku ada. :)










Get Well Soon My Sweety

  Ini adalah catatan pertamaku di tahun 2022, catatan pertama yang diawali dengan kesedihan. Kesedihan karena tulisan ini aku buat saat seda...