Rabu, 29 Oktober 2014

Kembali Kepada Niat (Bismillah, atas ijin Allah...)

Awalnya catatan ini ingin ku kirim ke sebuah majalah namun setelah ditimbang-timbang maka kuurungkan niat itu dan ku posting deh di blog ini.

Cerita ini diawali dengan sebuah kesimpulan yaitu "akhirnya semua kembali pada niat..." niatanku yang ingin segera menyelesaikan skripsiku.

Lulus kuliah (Diploma III) aku memang memutuskan ingin bekerja dulu, tidak seperti beberapa teman dekatku yang memutuskan untuk melanjutkan ke jenjang S1. Alasannya memang ga elit sama sekali tapi jujur aku kok merasa 'cape' dan ingin rehat sejenak. Orang bilang sih kalau sudah kerja pasti ga pengen sekolah lagi udah keenakan sih, okelah kita lihat nanti!

Tahun 2009 aku resmi bekerja sebagai PNS di Kab.Tegal dan hengkang dari sebuah IT Consultant di Bandung. Memang bukan hal yang mudah buatku, berat rasanya meninggalkan Bandung namun demi bakti kepada orang tua walau dengan berat hati akhirnya kubuka lembaran baru kembali ke kampung halaman. Dan yang setelah coba kuhitung kembali terlalu banyak hikmah dan nikmat yang ingin diberikan-Nya padaku lewat keputusan berat ini. Lain kali coba aku baut catatan lagi...

Tahun 2012 aku resmi menyandang gelar sebagai istri.dan ditahun itu pula aku juga memutuskan untuk melanjutkan kuliah ke jenjang S1 sesuai janjiku pada kedua orang tuaku. Meski sempat agak terganjal karena dua bulan setelah menikah aku dinyatakan positif hamil. Namun dengan bismillah dan atas ijin Allah semuanya kau jalani bersama, jadi seorang istri, ibu rumah tangga, seorang anak, wanita karir, mahasiswa dan juga calon ibu, beneran multitasking. Alhamdulillah meski sempat mual-mual selama satu bulan semuanya dapat terlewati dan calon buah hati kamilah yang jadi penyemangatku dalam melanjutkan study.

Tahun 2013 tepat sehari setelah registrasi ulang semester ganjil putriku lahir, tepatnya 7 Februari 2014 maju satu minggu dari perkiraan (syukurlah jadi ga lahir di tanggal 14). Sebagaimana ibu baru semua waktu dan perhatianku tersita hanya pada peri kecilku apalagi aku belum ada pengasuh yang membantu jadi total semua kukerjakan sendiri  meski banyak yang khawatir karena proses persalinan SC yang katanya jangan banyak bergerak dululah...inilah....itulah...tapi lagi-lagi bismillah atas ijin Allah semuanya bisa kulakukan dan enjoy aja tuh! :)

Meski berat satu bulan setelah melahirkan aku memaksa diri ingin segera menyelesaikan skripsiku agar waktuku tidak tersita lagi dan bisa mengurus sikecil sepenuhnya. Dan lagi Bismillah atas ijin Allah baru satu bulan setelah operasi SC dan belum genap 40 hari aku dah mulai bolak-balik ke kampus lagi mengurus pengajuan proposal skripsiku. Mendekati masa cuti berakhir aku mulai berpikir mencari pengasuh yang bisa membantuku menjaga sikecil walau ada ibu mertuaku dirumah tapi tetap saja aku ga enak. Selain menjaga si kecil jika ada pengasuh aku pikir bisa lebih konsen mengerjakan skripsi jadi bisa lebih cepat selesai. Alhamdulillah tak terlalu sulit saat itu mendapatkan pengasuh yang ternyata cuma bertahan 9 bulan dan sejak saat itu 4 kali aku gonta ganti pembantu yang semuanya paling lama hanya dua bulan, entah apa kata orang mungkin dikiranya aku galak jadi pada ga betah padahal kan ga begitu :( Skripsiku berhenti di proposal dan terbengkalai begitu saja walau kemarin-kemarin ada pengasuh tapi tetap saja tidak sempat mengerjakannya. Semangatku hampir putus sampai waktu menyadarkanku "Heloooo mau berhenti disini?! Semangat! tinggal selangkah lagi, sayang waktu terbuang sia-sia. Kalao sudah selesai kan bisa punya lebih banyak waktu dengan anak"  Alhamdulillah masih ada orang tua dan teman-teman yang tak bosan mengingatkanku dan tentunya suami yang selalu mengingatkanku dengan caranya sendiri yang membuatku jadi terpacu.

Tahun 2014 awal bulan puasa aku niatkan untuk kembali membuka file-file skripsiku yang sudah kutinggalkan lebih dari setengah tahun. Disela-sela pekerjaan yang tidak terlalu overload aku manfaatkan untuk mulai menyicil skripsiku. Kembali bertemu dengan dosen pembimbing dan dosen wali yang ikut memberi masukan dan semangat. Untuk sementara jika aku bekerja terpaksa harus merepotkan ibu mertua dan juga orang tuaku yang dengan senang hati bergantian menjaga putriki, pekerjaan rumah aku handle sore setelah pulang kantor hingga malam setelah anakku tidur. Sebelum tidur aku coba rutinkan sejenak membuka kembali skripsiku, prinsipku walu sebentar tapi setiap harinya rutin aku buka dan harus terus ada kemajuan. Setelah lebaran pihak kampus memberi WARNING batas waktu skripsi sudah sebentar lagi. Wow! Walau sempat beberapa kali tepar karena kelelahan tapi alhamdulillah kurang lebih tiga bulan aku berhasil 'ngebut'.
Dan tanggal 27 September 2014 kemarin aku resmi diwisuda dan menyandang gelar S.Kom

Bagiku bukan gelar apa yang kini telah aku dapatkan tapi proses yang harus kulalui itu justru yang lebih berharga. Alasan "lagi ga punya rewang jadi ga sempet ngerjain" ternyata bukan alasan pantas diterima karena pada kenyataannya aku bisa menyelesaikan skripsiku justru disaat aku tidak lagi memiliki rewang/ pengasuh. Jadi semuanya dikembalikan pada niat kita, mau punya 10 pengasuh/ rewang kalau memang ga niat ngerjain skripsinya ya ga akan selesai. Satu lagi pelajaran yang ingin aku bagi saat kemarin mengerjakan skripsi bagaimanapun hasilnya akan jauh lebih baik jika itu hasil karya atau kerja keras kita sendiri. Tak sedikit orang yang bilang "ngapain susah-susah toh udah kerja, tinggal suruh orang aja nyelesein skripsinya" NO! Maaf bukan mau sok idealis tapi satu alasanku mau bersusah-susah karena aku malu pada anakku nanti, apa kata anakku nanti kalau tahu ibunya cuma nyuruh orang buat ngerjain skripsi dan bagaimana nanti aku memberi contoh dan semangat pada anakku nanti saat dia sedang berjuang juga menyelesaikan skripsinya.

Terima kasih untuk semua yang telah berkontribusi dalam mensukseskan pengerjaan skripsiku, semoga ilmu ini bisa bermanfaat tak hanya di dunia namun setelah kita kembali kekampung akhirat nanti. Aamiin

*Just want to share it
:)


Selasa, 12 Agustus 2014

Wajahmu mengalihkan duniaku ^_^

Sebelumnya mumpung masih dalam bulan Syawal saya sekeluarga ingin mengucapkan Mohon Maaf Lahir dan Batin, Semoga kita semua kembali menjadi manusia yang fitri (kembali ke fitrah)....

Sebenarnya catatan ini sudah terancang lama dipikiran saya namun baru pada kesempatan ini bisa tertuang juga lewat tulisan di Blog ini. Saat kita masih single dulu tentunya pernah membayangkan dengan siapa kita ingin menikah, entah dengan pacar kita saat itu (bagi yang pacaran) atau dengan siapapun yang kita impikan bisa jadi pendamping hidup kita. Wajah-wajah itu setidaknya pernah mampir dipikiran kita atau hanya lewat sekilas tapi yang pasti wajah itu sudah tergambar jelas karena memang sosoknya sudah ada.

Kini, setelah kita menikah baik dengan orang yang kita mimpikan atau dengan siapapun yang insyaallah itu adalah jodoh terbaik yang sudah Allah pilihkan untuk kita,apakah kita pernah membayangkan wajah yang akhirnya hadir diantara kita dan pasangan? Yup! Wajah anak kita

Beberapa waktu yang lalu setelah Disti tidur dan saya memandangi wajahnya, lagi-lagi beribu rasa syukur memenuhi rongga dadaku. Melihat Disti yang kini sudah menginjak usia 1,5 tahun dan tumbuh menjadi gadis kecilku yang cantik, lincah dan cerdas sungguh tak pernah terbayangkan sebelumnya karunia indah ini. Dulu saat keinginan untuk segera membangun rumah tangga itu hadir yang ada dalam pikiran saya adalah dengan siapa saya akan menikah, siapa jodoh yang telah Allah siapkan untk saya... Beberapa wajah sempat mampir dipikiranku diakah? atau diakah? Jika diingat-ingat sekarang sungguh waktu yang terbuang sia-sia untuk sekedar membayangkan wajah calon pasangan kita. *jadi inget jaman galau dulu :D

Setelah menikah maka terjawab sudah seperti apa wajah pasangan kita :) dan  apakah aku pernah membayangkan wajah anak kami kelak? Alhamdulillah kami tidak terlalu lama menunggu, dua bulan setelah menikah aku langsung dinyatakan positif hamil. Aku mulai membayangkan bagaimana wajah anak kami kelak setelah kehamilanku memasuki trimester 3. Saat kandungan mulai mendekati bulan-bulan akhir dan menanti detik-detik kelahiran, saya makin penasaran seperti apa wajah anak kami. Dan wajah itu memang tak bisa terbayangkan.

Kini wajah itu telah 1,5 tahun mengisi hari-hari kami, hari-hari yang jadi lebih berwarna, hari-hari yang lebih ceria, hari-hari yang kini selalu dipenuhi harapan untuk bisa selalu menghadirkan senyum diwajah buah hati kami. Wajah yang kini membuat kami tak pernah berhenti bersyukur dengan terus berharap semoga saya dan suami bisa menjaga amanah ini dan mampu mempertanggungjwabkannya kelak saat kami menghadap-Nya.

Tetap sehat ya Disti sayang, semoga kelak menjadi anak yang salehah, berbakti kepada kedua orang tua, bermanfaat bagi sesama dan menjadi kebanggaan kedua orang tuanya. Oh ya semoaga kelak menjadi malan tak terputus bagi kami kedua orang tuanya. Aamiin....




Rabu, 18 Juni 2014

Karena setiap Rumah Tangga memiliki ujiannya masing-masing.

Orang jawa bilang hidup itu memang  'sawang sinawang' tak jarang mata kita memandang bahwa rumput tetangga nampak lebih hijau walau ternyata setelah kita 'dekati' tidak tampak seperti yang kita pandang dari kejauhan.

Bicara soal kehidupan khususnya kehidupan berumah tangga, saya yakin rumah tangga manapun pasti memiliki ujiannya masing-masing. Mungkin jika kita melihat sekitar kita saudara-saudara atau sahabat-sahabat kita ada yang kehidupan rumah tangganya terlihat harmonis sekali sehingga membuat kita 'iri' atau justru ada yang sebaliknya hingga membuat kita ikut mengelus dada jika mendengar curhat-curhat yang menyedihkan tentang kehidupan berumah tangga.

Ibarat masakan, permasalahan-permasalahan yang muncul dalam hidup berumahtangga adalah bumbu penyedap asalkan jangan terlalu banyak yang tentunya tidak baik untuk kesehatan bukan? Apapun permasalahan yang sedang kita hadapi semoga bisa menjadi penguat pondasi rumah tangga kita. Setiap permasalahan yang hadir adalah ujian yang harus kita lewati dan saat kita mampu melewatinya berarti kita sudah 'lulus' satu ujian lagi dan siap untuk 'naik kelas'. Semakin tinggi kelasnya tentu akan semakin sulit unjiannya jadi jangan pernah berhenti belajar mangambil makna dari setiap peristiwa yang kita alami sebagai bekal melewati ujian selanjutnya.

Tak saya pungkiri kehidupan rumah tangga sayapun tak lepas dari masalah dengan 'level' yang berbeda-beda namun yang selalu menjadi kekutan bagi saya dan suami adalah bahwa ada senyum putri kecil kami yang selalu ingin kami jaga sehingga tak ada alasan bagi kami untuk 'menyerah' pada masalah. Satu pelajaran lagi yang kini saya ambil setelah menikah adalah bagaimana kita memanajemen masalah tersebut termasuk kepada siapa saja kita layak menceritakan permasalahan yang sedang kita hadapi atau istilah kerennya CURHAT. Kini saya lebih hati-hati lagi memilih teman curhat dan memilah lagi sebatas mana hal yang pantas dicurhatkan jangan sampai atas nama curhat kita justru membeberkan 'aib' rumah tangga kita. Satu-satunya tempat curhat paling aman adalah Allah SWT, dalam sujud-sujud kita, doa-doa kita, curhatlah sepuasnya dan pasti Allah akan berikan jawabannya walau mungkin tidak detik itu juga. Sejak menikahpun kini saya sudah sangat jarang update status di social media (facebook). Saya  pribadi juga sangat jarang menceritakan masalah rumah tangga kami walau pada orang tua sendiri satu alasan yang pasti saya tak ingin mereka ikut sedih memikirkan masalah kami apalagi mereka juga sudah cukup kami repotkan untuk membantu mengasuh putri kecil kami.

Untuk saudara-suadara dan sahabat-sahabat saya yang sudah menikah saya hanya ingin saling mendoakan semoga kita mampu menjaga amanah besar yang sudah Allah berikan kepada kita kita, ikatan pernikahan yang suci, rumah tangga yang penuh cinta dan anak-anak yang kini jadi penghias hari-hari kita hingga kelak kita mampu mempertanggungjawabkannya diakhirat nanti. Dan untuk saudara-saudara dan sahabat-sahabatku yang belum menikah, jangan pernah takut untuk menikah.

Badai pasti berlalu...
Yakinlah bahwa Allah tak akan memberikan ujian melebihi batas kemampuan hamba-Nya, jangan pernah berhenti berharap pada-Nya terus kawal setiap ikhtiar kita dengan doa. Insyaallah biduk rumah tangga kita akan mampu melewati setiap ujian-Nya hingga final (saat maut memisahkan). Aamiin

Kamis, 08 Mei 2014

Curhatku (Ibu Bekerja Tanpa Pangasuh)

Biasanya jam segini saya sedang asyik istirahat siang dirumah sembari nyuapin, maen-maen dan pastinya kasih minuman favorit Disti (ASI). Tapi berhubung dari kemaren sore kesehatan saya lagi agak drop jadinya dengan amat terpaksa siang ini saya istirahat dikantor saja dengan alasan agak mengurangi kontak dengan Disti biar nggak ketularan flu (maafin bunda ya sayang... ) Barusan aku telpon kerumah Disti sedang makan sama eyangnya.

Menjadi working mom memang bukan pilihan mudah ternyata, sejak sebelum menikah saya memang sudah bekerja dan terikat menjadi pegawai pemerintah (alias PNS) yang dulu bukan cita-cita saya tapi setidaknya kini saya syukuri karena jam kerja yang masih bisa "fleksibel" sehingga disela istirahat siang saya masih bisa pulang untuk memberikan ASI buat Disti, Alhamdulillah Disti bisa ASIX dan masih ASI sampai saat ini, berharap bisa sampai 2 tahun. Aamiin.

Sudah hampir dua bulan ini saya memang nggak pake pengasuh bukan apa-apa tapi memang sudah bolak-balik cari dan bolak-balik resign, padahal sempat dapat yang pas dihati eh cuma bertahan dua bulan dan sampai sekarang belum dapet lagi (susahnya cari pengasuh.....) kebanyakan mereka resign karena nggak mau pulang sore padahal jam kerja saya yang sampai sore. Walau ada eyangnya dirumah (karena kami masih tinggal dirumah mertua) prinsip kami eyang cuma mengawasi tapi apa daya pengasuh tak kunjung kami dapatkan, (maafkan kami bapak ibu masih direpotkan dengan cucumu...). Kami sadar orang tua kami sudah makin sepuh, terlalu cape buat mereka untuk full jagain Disti dari pagi sampai sore makanya untuk sementara ini bagi sift untuk jagain Disti, pagi sama eyang putrinyanya dan siang saat saya mau berangkat lagi kekantor Disti saya antar ke rumah mbahnya (ortu saya), untunglah jarak rumah mertua dan ortu dekat karena masih satu komplek. Sebenernya kasihan Disti juga bolak-balik dijalan tapi sepertinya dia menikmati, kalau saya sudah siap-siap mau berangkat ke kantor lagi Disti langsung nunjuk-nunjuk kerudungnya dan slendang sambil bilang "...ngeng...ngeng...ngeng..." yang artinya mau naik motor ke rumah mbah digendong sama bunda. Dan Sorenya sepulang kantor setelah saya bersih-bersih rumah sebentar baru Disti saya jemput lagi.

Sore hari sampai sebelum tidur adalah waktu yang sebisa mungkin saya manfaatkan untuk menjalin kebersamaan dengan Disti, makan sore/malam, jalan-jalan sore, bermain bersama walau cuma guling-guling dikasur sampai Disti cape dan bilang "...nda, nyenyen...nyenyen...nyenyen..." tanda Disti mulai ngantuk dan minta mimi ASI. Kalau sudah bener-bener cape sebentar saja saya mimin pasti langsung tidur pules dan kadang aku ikut ketiduran karena cape. Eits!!! tapi ini belum waktu saya untuk tidur, dibelakang masih numpuk pekerjaan rumah yang minta diberesin mulai dari cuci/ setrika baju Disti, cuci gelas piring bekas makan, beres-beres, bersih-bersih sampai nyiapan bahan masakan untuk bikin menu besok pagi, dkk. Kalau lagi banyak kerjaan kadang jam 12 lewat saya baru bisa memeluk guling. Dan besoknya subuh saya sudah harus on lagi mulai dari masak, bersih-bersih dan terakhir memandikan Disti sebelum saya berangkat ke kantor jam 07.00 (sering telat juga sih kalau Disti lagi rewel). Alahamdulillah masih ada yang mau membantu saya walau cuma seminggu sekali untuk mencuci dan setrika pakaian-pakaian dewasa plus ngepel seluruh ruangan dirumah. Sudah hampir dua bulan rutinitas itu saya jalankan, cape pasti tapi puas juga kalau bisa menyelesaikan semuanya dan mungkin hari ini badanku lagi protes dan minta break jadilah sejak kemaren sore badanku drop terkena flu.

Suami bukan tidak membantu tapi saya tau dia juga sudah cape dengan pekerjaannya jadi saya tidak mau membebaninya lagi dengan pekerjaan rumah, cukup membantu dengan menemani Disti bermain (jika Disti belum tidur) jadi saya bisa menyelesaikan pekerjaan rumah. Diawal-awal saya memang sempat merasa kehilangan 'me time' dalam lingkaran rutinitas tersebut tapi perlahan saya mulai mencerna dan berfikir lebih bijak lagi bahwa 'me time' tak harus "waaah" misal jalan-jalan, shoping, nyalon, dan temen-temennya. Tapi sekarang 'me time' bisa menjelma dalam bentuk lain, saat sholat, saat dikantor (menikmati pekerjaan) termasuk saat saya tulis catatan ini karena semenjak ada Disti saya jadi jarang banget nulis yang dulunya jadi aktivitas sehari-hari dan hoby saya.

Yang awalnya terasa berat kini perlahan mulai jadi kebiasaan, yang terpenting saya hanya ingin melakukan yang terbaik untuk keluarga kecilku.
Melihat Disti yang terus tumbuh sehat dan ceria selalu jadi obat mujarab penghilang semua lelah dan penat. ^_^

Selasa, 04 Maret 2014

Dua puluh delapan tahun (tua juga ya....:D)


Alhamdulillah....
Walau jatah ngontrakku di bumi Allah ini makin berkurang tapi aku masih harus bersyukur karena masih diberi kesempatan menikmati umurku yang kalau dihitung-hitung sudah sampai di angka 28 (dah tue juga ya....) Biar makin tua tapi semangat harus tetap muda karena jujur aku juga masih merasa muda hehehe... Dan kado di miladku kali ini adalah "mba" yang ikut bantu-bantu dirumahku resmi mengundurkan diri hiks...hiks..hiks... (harus cari mba baru nih :( )

Aku hanya berharap disisa usiaku yang entah jatahnya sampai kapan, aku masih bisa bermanfaat bagi orang-orang dan lingkungan sekitarku, aamiin. Terlebih untuk keluarga kecilku, semoga aku bisa jadi istri yang salehah untuk suamiku, semoga aku bisa jadi ibu yang baik untuk anakku dan juga tetap bisa jadi anak yang berbakti pada kedua orang tuaku, aamiin.

Selain hari ini miladku, hari ini juga tepat dua tahun pernikahanku dengan lelaki yang kini aku panggil 'ayah disti'. Dua tahun waktu yang masih terlalu singkat untuk menguji bahtera kita dalam mengarungi samudra kehidupan berumahtangga. Dua tahun yang tidak selalu mulus, meski ada duka dan air mata namun suka dan tawa juga selalu mengiringi langkah kami. Dan beberapa bulan terakhir ini aku amat sangat bersyukur, di kondisi sulit yang sedang kami lalui bersama justru mendorong perubahan terhadap sikap kami yang insyaallah menuju ke arah yang positif, berharap kami bisa istiqomah, aamiin.

Apapun yang terjadi hari ini, semoga allah tak pernah mencabut rasa syukur dari hati kami dan selalu menanamkan rasa sabar dalam hati kami. Satu lagi target di tahun ini, berharap skripsiku bisa selesai dan bisa lulus tahun ini. Aamiin (dalm banget nih yang ini....)

Senin, 24 Februari 2014

Harapan itu...

"Sejujurnya, pas masih single, bayangan tentang berkeluarga adalah: jalan-jalan dengan suami dan anak kecil yang manis dan lucu ke tempat-tempat wisata dalam dan luar negeri lalu berfoto seru-seruan serta melakukan hal lainnya yang keren-keren seperti yang tergambar dalam iklan-iklan di media. Atau jalan-jalan di mal sambil dorong-dorong stroller dengan anak yang duduk manis."

Paragraf diatas adalah sepenggal dari sebuah catatan yang aku baca di http://mommiesdaily.com kenapa paragraf itu aku cuplik karena saat pertama kali aku baca paragraf itu aku langsung kena banget karena dulu seperti itulah bayangan atau pemikiranku tentang berkeluarga, ku akui memang pemikiran yang sangat sempit sekali :D tapi siapa sih yang tidak menginginkannya.

Dan saat ini setelah aku memasuki fase itu, fase dimana sekarang aku tak sendiri lagi, ada suami dan putri kecil kami dalam sebuah keluarga kecil yang baru aku jalani hampir 2 tahun (beberapa hari lagi). Berkeluarga tidaklah seperti yang aku bayangkan justru mungkin jauh dari yang pernah aku bayangkan, lantas menyesalkah aku?

Tidak! Dengan mantap kata itu aku ucapkan. Jujur meski diawal pernikahan diriku sempat 'kaget' menghadapi dan menemui berbagai kenyataan yang diluar dugaan tentang kehiduapan berkeluarga tapi kini aku mulai bisa bersahabat dengan setiap keadaan yang aku jalani sekarang dan selalu berusaha menyiapkan mental menghadapi kenyataan-kenyataan lain yang akan hadir yang mungkin diluar dugaan. Apalagi saat ini sudah ada putri kecil kami yang jadi kekuatanku untuk terus berjuang.

Bagiku kini berkeluarga adalah bagaimana menghadirkan senyum bahagia ditengah-tengah keluarga kecil kami, bagaimana membawa bahagia di hati keluarga kecilku dan berusaha terus menanamkan sabar dan syukur agar terus tertanam dalam hati kami. Meski semuanya kulakukan hanya dengan cara yang sederhana karena bahagia itu sederhana kok.

Namun satu yang aku makin yakin setelah berkeluarga adalah bahwa Allah adalah Maha Adil dan Allah tidak akan memberi cobaan melebihi batas kemampuan hamba-Nya. Biarlah apa yang dulu aku bayangkan tentang berkeluarga tetap ada sebagai harapan yang hanya atas ijin Allah SWT kelak harapan itu bisa jadi nyata, disamping harapan yang utama yaitu bisa dikumpulkan kembali dengan keluargaku tak hanya di dunia melainkan diakhirat kelak. Aamiin...



Teringat sms dan catatan dari seorang teman:

Aku minta kepada Allah setangkai bunga segar, Allah memberiku kaktus berduri .. 
Aku minta kepada Allah hewan mungil nan cantik, Allah memberiku ulat berbulu .. 
Aku sedih, kecewa dan bertanya tanya .. Betapa tidak adilnya Allah kepadaku. 
Namun seiring dengan berjalannya waktu .. Kaktus itu berbunga indah .. bahkan sangat indah. Dan ulat berbulu itu tumbuh dan berubah, menjadi kupu kupu yang amat cantik .. 
Inilah jalan Allah .. Semua indah pada waktunya .. 
Allah tidak memberi apa yang kita inginkan, Tapi Allah memberi apa yang kita butuhkan.. 
Subhanallah. ALLAH tidak pernah menjanjikan bahwa langit itu selalu biru... 
Bunga selalu mekar dan mentari selalu bersinar.... 
Tapi ketahuilah bahwa ALLAH selalu memberi pelangi disetiap badai...
Senyum di setiap air mata..,berkah disetiap cobaan dan jawaban di setiap do'a... 
Janganlah pernah menyerah....teruslah berjuang...... 
Hidup bukanlah satu tujuan..,melainkan perjalanan..... Nikmatilah.......... 

Selasa, 18 Februari 2014

Demam Lagi (Semoga baik-baik saja, Aamiin....)

Semalam, kurang lebih jam setengah duabelas disti terbangun dan seperti biasa kalau malam dia bangun tanda minta "mimi" atau ngompol. Tapi waktu aku usap keningnya kok agak hangat, apa tanganku yang dingin atau memang Disti sedang demam? Dan ternyata setelah kupastikan kembali Disti sepertinya demam.
Siang tadi waktu istirahat kantor, aku pulang sebentar seperti biasa dan melihat kondisi Disti. Badannya masih demam, setelah diukur sam 38,6 C sementara hanya kau beri paracetamol dan badannya aku balur dengan bawang yang dicampur minyak telon. Sekarang aku nggak mau buru-buru ke dokter, kasihan kalau Disti harus keseringan dikasih antibiotik, semoga sore nanti kondisi Disti sudah membaik, sehat ya sayang.....



Ini kedua kalinya Disti mengalami demam sejak dia lahir sampai usia 1 tahun, dan setelah browsing di internet aku dapat beberapa artikel kesehatan berkaitan dengan demam, siapa tahu bermanfaat juga bagi ibu-ibu baru seperti aku ini. Silahkan disimak ^_^

sumber: http://ummushofiyya.wordpress.com

TANGANI DEMAM SECARA BIJAK
Demam merupakan suatu kondisi yang sering kita jumpai dalam kehidupan sehari-hari. Banyak orangtua yang khawatir ketika buah hatinya terserang demam. Tak jarang, orangtua mengambil jalan pintas dengan mengandalkan obat penurun panas tiap kali anaknya mengalami demam. Padahal, tidak setiap kondisi peningkatan suhu serta merta perlu segera ditangani dengan obat. Untuk itu, perlu kiranya kita mengenal lebih dekat tentang demam, supaya kita bisa berlaku bijak dalam menyikapinya.

Demam, Bukanlah Penyakit
Banyak orang yang masih beranggapan bahwa demam merupakan penyakit. Maka tidak heran jika orangtua merasa sudah melakukan hal yang benar ketika memberikan obat penurun panas tiap kali suhu tubuh anaknya meningkat. Padahal, demam bukanlah penyakit yang bisa langsung sembuh hanya dengan pemberian obat penurun panas. Demam hanyalah gejala yang muncul untuk menginformasikan bahwa ada sesuatu yang “tidak beres” di dalam tubuh. Oleh karena itu, demam tentu tidak bisa diatasi hanya dengan menurunkannya saja, namun harus dicari dan diatasi apa yang sebenarnya menyebabkan munculnya demam tersebut. Demam pada anak umumnya disebabkan oleh batuk, pilek, radang tengorokan, diare (mencret), infeksi telinga tengah, dan penyakit akibat infeksi bakteri, virus atau kuman lainnya. Demam juga dapat disebabkan oleh dehidrasi (kekurangan cairan), kelainan darah, atau anak berada di tempat yang sangat panas.


Demam, Banyak Manfaatnya?
Demam seringkali dianggap sebagai penyakit sehingga terkesan merugikan dan menyusahkan. Padahal, sebenarnya  banyak sekali manfaat demam bagi tubuh kita. Demam merupakan respon tubuh terhadap kuman, bakteri, atau virus yang masuk ke dalam tubuh. Ketika kuman, bakteri, atau virus masuk ke tubuh kita, sel-sel darah putih dalam tubuh memproduksi hormon interleukin yang kemudian berjalan ke otak untuk memberi perintah kepada hypothalamus (pusat pengatur suhu di otak) agar menaikkan suhu tubuh. Hal ini terjadi karena dengan suhu tubuh yang tinggi, sistem pertahanan tubuh akan meningkat dan lebih mampu memerangi infeksi. Demam juga bermanfaat karena dapat menurunkan kadar zat besi dalam tubuh, padahal kuman membutuhkan zat besi untuk hidup dan berkembang. Mekanisme ini dapat melemahkan kuman penyebab infeksi. Manfaat demam yang lain adalah dapat meningkatkan produksi interferon dan bahan antivirus lainnya dalam rangka melawan virus yang masuk ke tubuh kita.
 

Jangan Berlebihan Mengonsumsi Obat
Secara umum, demam yang terjadi pada bayi dan anak kebanyakan disebabkan oleh infeksi virus yang bisa sembuh sendiri. Sehingga biasanya obat penurun panas tidak diperlukan, kecuali jika suhu tubuhnya terus meningkat. Beberapa orangtua seringkali terlalu cepat memutuskan untuk memberikan obat pada anaknya. Baru panas sedikit saja, orangtua sudah buru-buru meminumkan obat penurun panas. Padahal, ada aturan dalam meminumkan obat penurun panas. Obat penurun panas hanya diperlukan ketika suhu tubuh memang sudah mencapai 38,5°C atau lebih. Orangtua tidak perlu khawatir ketika anak mengalami demam tapi masih aktif, lincah, dan tetap doyan makan. Adakalanya tubuh mampu mengatasi, sehingga demam bisa turun dengan sendirinya tanpa penggunaan obat sama sekali. Selain batasan suhu tubuh, orangtua juga harus memperhatikan waktu pemberian. Obat penurun panas seperti parasetamol misalnya, hanya boleh diberikan dengan selang waktu 6 jam. Jika sangat terpaksa, boleh memberikannya dengan selang waktu 4 jam. Seringkali, orangtua yang tidak faham, langsung saja meminumkan parasetamol lagi padahal baru 2 jam yang lalu anak sudah minum parasetamol. Akibatnya, dalam sehari anak meminum penurun panas berkali-kali hanya karena orangtua khawatir suhu tubuh buah hatinya tidak kunjung turun. Padahal, selama penyebab demamnya belum teratasi, demam akan muncul lagi begitu efek obat penurun panasnya hilang. Biasanya, parasetamol berefek 30 menit setelah pemberian sampai 2 jam kemudian. Selain parasetamol, obat penurun panas yang biasanya diberikan adalah ibuprofen. Satu hal yang perlu diingat, sebaiknya menghindari penggunaan aspirin untuk menurunkan panas pada anak, karena dikhawatirkan muncul efek samping yang berat.
 

Apa yang Bisa Kita Lakukan?
Banyak hal yang sebenarnya bisa kita lakukan ketika anak mengalami demam. Tindakan sederhana ini bisa dilakukan di rumah dan insya Allah bermanfaat dalam menangani demam anak kita:

  • Ukur suhu tubuh anak menggunakan termometer setiap 4 jam sekali. Pengukuran bisa dilakukan di ketiak, mulut, telinga, atau dubur. Jangan hanya mengandalkan rabaan telapak tangan pada permukaan tubuh anak, karena bisa jadi teraba hangat tapi sebenarnya suhu tubuh anak sudah sangat tinggi.
  • Hindarkan anak dari pakaian tebal, jaket, atau selimut, karena justru akan mempersulit hilangnya panas dari tubuh anak kita. Ganti pakaian anak dengan pakaian yang tipis, longgar, dan nyaman dipakai.
  • Berikan anak lebih banyak cairan (air minum, jus buah, kuah sayur), supaya tidak terjadi dehidrasi atau kekurangan cairan. Pada bayi atau anak yang masih menyusu, berikan ASI sesering mungkin.
  • Usahakan agar anak mau makan. Suapi anak dengan makanan yang dia sukai dan tentunya pilih yang mudah dicerna.
  •  Beri kesempatan anak untuk beristirahat dengan tenang. Istirahat yang cukup sangat diperlukan untuk memulihkan kondisi tubuhnya yang lemah.
  • Ciptakan kondisi yang sejuk di sekitar anak, dan hindarkan udara atau hawa panas dari anak kita. Pastikan ruangan anak dalam keadaan bersih dan sirkulasi udaranya lancar. Jika perlu, ganti sprei dan sarung bantal-guling dengan yang bersih,
  • Jika suhu tubuh anak sangat panas, kompres dengan air hangat pada bagian kening, ketiak leher, dan lipatan paha. Hindarkan mengompres dengan air dingin, hal ini akan menyebabkan tubuh makin menggigil untuk menaikkan suhunya karena mengira suhu di luar tubuhnya lebih dingin. Jika kondisi anak masih memungkinkan (tidak dalam kondisi yang sangat lemah), bisa juga dengan merendam anak pada ember atau bak yang sudah diisi dengan air hangat.
  • Waspadai terjadinya kejang, apalagi jika sebelumnya anak pernah kejang ketika demam. Segera turunkan demam anak, jangan sampai peningkatan suhu tubuh tersebut memicu terjadinya kejang. Namun orangtua tidak perlu khawatir berlebihan, mengingat kejadian demam yang sampai menyebabkan kejang sangat jarang.
  • Berikan obat penurun panas jika suhu tubuh anak mencapai 38,5°C atau lebih, dan anak kelihatan rewel atau tidak nyaman. Untuk itu, perlu kiranya orangtua mempunyai persediaan obat penurun panas di kotak obat. Pemberian obat penurun panas harus sesuai dengan dosis yang dianjurkan dokter. Dosis obat pada anak lebih tepat jika dihitung dengan berpatokan pada berat badan (bukan usia). Oleh karena itu, tanyakan dosis obat pada dokter atau apoteker sebelum meminumkannya pada anak.

Tetap Tenang dan Jangan Panik
Meskipun nampaknya sepele, demam pada anak bisa membuat orangtua panik. Kurangnya pengetahuan tentang demam membuat orangtua langsung saja membawa anak ke dokter, padahal banyak hal yang bisa dilakukan dalam menghadapi demam. Menolong anak sesegera mungkin ketika terjadi demam merupakan cara yang terbaik. Bahkan, seringkali penanganan yang tepat dapat mempercepat pemulihan kondisi anak. Paling tidak, orangtua bisa memantau perkembangan kondisi anak dan membuat anak merasa lebih nyaman. Jika dalam waktu 3 hari demam belum membaik atau anak kelihatan sangat lemah, segera bawa ke tempat pelayanan kesehatan terdekat. Ceritakan kondisi anak sedetail mungkin pada dokter yang memeriksa, seperti kapan mulai demam, apakah demamnya naik turun atau demam tinggi yang hanya turun ketika diberi obat penurun panas, apakah disertai muntah atau mimisan, apakah anak diare atau justru sulit buang air besar. Informasi dari orangtua sangat bermanfaat bagi dokter dalam menegakkan diagnosis dan menentukan pilihan terapi. Semoga penjelasan tentang demam ini bermanfaat dan bisa menambah pengetahuan kita dalam menjaga kesehatan keluarga.
 

Penulis: dr. Avie Andriyani (dimuat di majalah As Sunnah edisi 12/XIV/1432H/2011M)
Referensi:

Jumat, 07 Februari 2014

Mulai Lagi, Bismillah....

Bismillah...

Setelah terakhir kali (November 2011), maka mulai hari ini (7 Pebruari 2014) tepat 1 tahun usia putri cantik kami, InsyaAllah aku akan mulai kembali menghiasi halaman ini dengan cerita-cerita khususnya tentang keluarga kecil kami. Semoga setiap peristiwa dapat tertuang dalam untaian kata menjadi cerita yang sarat makna dan layak untuk dikenang.

Selamat Ulang Tahun Disti Sayang.....
Semoga usiamu semakin berkah, cepat besar dan jadi anak yang solehah. Tambah cantik, tambah pinter, sehat selalu dan pastinya jadi kebanggaan Ayah dan Bunda

Get Well Soon My Sweety

  Ini adalah catatan pertamaku di tahun 2022, catatan pertama yang diawali dengan kesedihan. Kesedihan karena tulisan ini aku buat saat seda...