Selasa, 08 Desember 2009

Sekelumit Aku dan ibuku (part 1)

Kasih ibu
Kepada beta
Tak terhingga
Sepanjang masa

Hanya memberi
Tak harap kembali
Bagai sang surya
Menyinari dunia

Malaikat itu bernama “Ibu”
Suatu ketika, ada seorang bayi yang siap untuk dilahirkan. Maka, ia bertanya kepada Tuhan. "Ya Tuhan, Engkau akan mengirimku ke bumi. Tapi, aku takut, aku masih sangat kecil dan tak berdaya. “Siapakah nanti yang akan melindungiku disana?".
Tuhanpun menjawab. "Diantara semua malaikat-Ku, Aku akan memilih seorang yang khusus untukmu. Dia akan merawatmu dan mengasihimu. Malaikatmu, akan terus melindungimu, walaupun nyawa yang menjadi taruhannya. Dia, sering akan melupakan kepentinganya sendiri untuk keselamatanmu."

Hening. Kedamaianpun tetap menerpa surga. Namun, suara-suara panggilan dari bumi terdengar sayup-sayup. "Ya Tuhan, aku akan pergi sekarang, tolong, sebutkan nama malaikat yang akan melindungiku...."

Tuhanpun kembali menjawab. "Nama malaikatmu tak begitu penting. Kamu akan memanggilnya dengan sebutan: Ibu..."

~Author Unknown~
(Dikutip dari sebuah catatan di internet)

Beruntung aku dilahirkan dari rahimnya, beruntung aku diberi malaikat seperti dia. Akulah buah perjuangannya antara hidup dan mati, tangisku adalah senyum bahagia baginya. Sejak saat itulah dia berjanji akan memberikan seluruh hidupnya untukku, sejak saat itulah cinta dan kasih sayangnya terus mengalir didalam darahku. Cinta terindah sepanjang zaman, cinta seorang ibu pada anaknya.

Terlahir dengan berat 2,7 kg badanku memang sangat kecil. Meski tidak melalui operasi kelahiranku yang berjalan normal tetap harus menggunakan “alat bantu” yang mengharuskan proses kelahiran dipindahkan dari puskesmas ke rumah sakit. Aku tak bisa membayangkan bagaimana rasanya ibu menahan rasa sakit yang ber jam – jam saat akan melahirkanku. Menurut dokter, melihat proses kelahiranku kemungkinan jika tidak lemah fisik maka aku akan mengalami lemah mental. Mungkin itulah yang membuat kedua orang tuaku terlalu khawatir, terlebih ibu sehingga setiap perkembanganku tak pernah luput dari perhatian ibu. Allah memang sangat sayang padaku karena telah memberiku “malaikat terbaik” yaitu ibuku.

Terima kasih ibu telah mengajariku…
Saat aku mulai belajar hal – hal baru, ibu adalah sekolah pertama bagiku. Dengan sabar dan telaten ibu mengajariku banyak hal. Setiap melihatku bisa melakukan satu hal baru adalah saat - saat paling berharga buat ibu. Saat – saat itulah yang paling dinantikan, melihat perkembanganku yang semakin baik.
Ketika aku mulai belajar berjalan dan kadang terjatuh, aku berusaha merayap dan berjalan lagi namun ku terjatuh lagi tapi ibu selalu ada disampingku seraya berkata
"Selangkah lagi sayang....ayo selangkah lagi sayang…” hingga akhirnya akupun bisa berjalan bahkan berlari menghampirinya yang siap memelukku.
Saat aku berhasil melakukan sesuatu ibu selalu memujiku “Anak ibu memang pinter…” dan akupun tersenyum. Ibu tak pernah marah saat aku mulai rewel dan tak mau melakukan perintahnya, justru kata – kata lembut yang keluar dari mulutnya.
Kini saat kubisa berjalan, berlari dan melakukan banyak hal sendiri, justru terlalu sering aku meninggalkannya disaat ibu membutuhkanku disampingnya. Ibu ingin aku mengantarnya berbelanja tetapi hanya kata maaf yang kuberi karena begitu banyak kesibukan yang menyita. Ibu ingin sejenak mengobrol denganku tapi lagi – lagi hanya kata maaf yang bisa menemani karena aku sudah ada janji rapat dikantor.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Get Well Soon My Sweety

  Ini adalah catatan pertamaku di tahun 2022, catatan pertama yang diawali dengan kesedihan. Kesedihan karena tulisan ini aku buat saat seda...