Rabu, 09 September 2009

Sejenak Saja

Postingan ini ku dapat kemarin dari sebuah grup yang aku ikuti, semoga bisa jadi bahan renungan bagi yang membacanya:

Renungkan Sejenak...
18 Ramadhan 1430 H.

Firman Allah :
“Apa yang diberikan Rasul kepadamu maka terimalah dia, dan apa yang dilarangnya bagimu maka tinggalkanlah.” (Q.S. Al-Hasyr:7)

Nabi Saw bertanya kepada malaikat Jibril As, "Wahai Jibril, tempat manakah yang paling disenangi Allah?" Jibril As menjawab, "Masjid-masjid dan yang paling disenangi ialah orang yang pertama masuk dan yang terakhir ke luar meninggalkannya." Nabi Saw bertanya lagi," Tempat manakah yang paling tidak disukai oleh Allah Ta'ala?" Jibril menjawab, "Pasar-pasar dan orang-orang yang paling dahulu memasukinya dan paling akhir meninggalkannya." (HR. Muslim).

Kalau kita perhatikan Hadist diatas, sungguh amatlah terang dan jelas apa yang dimaksud oleh Hadist yang sanadnya shahih tersebut. Pasar-pasar yang dimaksud diatas, dapat juga diartikan sebagai Mal-mal atau sejenisnya dalam situasi sekarang.

Tapi tengoklah realita yang terjadi sekarang. Berapa banyak diantara saudara-saudara kita bahkan sering terbaca berulang-ulang di situs pertemanan seperti facebook, diantara kita saling bertukar info dan membuat janji pertemuan di Mal-mal, menganggapnya hal tersebut adalah hal yang wajar-wajar saja dan dimaklumkan sebagai penyesuaian atas keadaan zaman. Berlama-lama di dalam Mal, saling bercanda, menghabiskan waktu dan uang untuk sebuah gaya hidup yang di kenal dengan istilah "hang-out" tanpa memperdulikan status laki perempuan, muhrim atau bukan. Jika kita pertanyakan hal ini, maka dalil pembenaran yang biasanya dipakai adalah tujuan untuk menyambung tali silaturahmi yang dikondisikan dengan keadaan masa kini dimana sudah terdapat perbedaan waktu, adat-istiadat dan tempat.

Maafkan atas penyampaian ini, tapi cobalah kita renungkan dalam-dalam makna hadist Rasulullah SAW diatas, bukankah Rasululullah SAW justru dengan sangat arif dan bijaknya memilihkan tempat terbaik bagi umatnya untuk dikunjungi dan berlama-lama di dalamnya? Tempat yang diberkahi Allah SWT, yang aman dan penuh dengan keselamatan (Cat: Perhatikanlah bangunan yang di selamatkan Allah ketika gempa terjadi. Wallahu'alam).

Sesungguhnya Rasulullah SAW sangat mencintai kita sebagai umatnya hingga akhir hayat beliau. Apapun yang beliau lakukan selalu untuk kebaikan umatnya di dunia dan di akhirat. Sebaliknya, marilah kita bertanya kepada hati dan jiwa kita, apakah lisan cinta kita kepada Beliau sudah teraplikasi kedalam tindakan keseharian kita? Apakah kita sudah sungguh-sungguh mencintai Beliau? Cobalah renungkan, saudaraku…

Jika kita mengaku mencintai Rasulullah SAW, lalu mengapa pula kita sering mengabaikan atau berkreasi untuk 'memodifikasi' anjuran-anjuran Beliau dengan alasan modernisasi dan adat-istiadat setempat? Bukankah seringkali diantara kita berkata dengan mengambil kutipan dari para pujangga besar bahwa ' cinta itu adalah pengorbanan, cinta itu adalah bagaimana membuat orang yang kita cintai bahagia, cinta itu memberi bukan menerima' dan lain sebagainya. Namun pada kenyataannya, apakah cinta seperti itu dapat kita aplikasikan kepada manusia setelah Allah SWT yang seharusnya paling patut kita cintai melebihi cinta kita kepada diri sendiri dan kepada keluarga kita? Coba renungkan, saudaraku....Renungkanlah sesaat, tanyalah sekali lagi kedalam hati dan jiwa kita, sudahkah kita mencintai Rasulullah SAW dengan sepenuh hati?

Pasar-pasar atau Mal dikatakan adalah tempat yang dapat mengantarkan kita untuk bermaksiat dan berbuat kemungkaran terhadap Allah SWT. Betul, bahwa di dalamnya juga terdapat tempat-tempat yang bermanfaat untuk melakukan jual-beli, mencari berbagai keperluan kita dan sebagai sarana rekreasi keluarga. Tapi apakah kita merasa cukup dengan itu saja? Bagaimana dengan penjagaan terhadap mata, pendengaran, pikiran dan jiwa kita selama berada di Mal? Saat ini sudah bukan merupakan hal yang aneh atau di tabukan, wanita dan pria berjalan-jalan di Mal dengan bangganya mempelihatkan aurat dengan pakaian super minim, saling berangkulan diantara yang bukan mahramnya, memamerkan segala kelebihan aksesoris duniawi yang mereka miliki (dalam bahasa sekarang sering disebut ‘Narsis’). Lalu bagaimana kita harus menjaga pandangan dan syahwat kita dari hal-hal seperti ini? Cobalah renungkan, saudaraku…

Hadist diatas bukanlah untuk melarang, tetapi maknanya adalah anjuran untuk tidak berlama-lama ketika kita sedang berada di dalam pasar/mal. Dengan kata lain, kita hanya cukupkan keberadaan kita di pasar/mal hanya untuk sekedar mencari/memenuhi kebutuhan yang kita perlukan. Dalam hadist lain disebutkan :

Sesungguhnya Allah membenci orang yang berhati kasar (kejam dan keras), sombong, angkuh, bersuara keras di pasar-pasar (tempat umum) pada malam hari serupa bangkai dan pada siang hari serupa keledai, mengetahui urusan-urusan dunia tetapi jahil (bodoh dan tidak mengetahui) urusan akhirat. (HR. Ahmad)

Hadist diatas mengumpamakan orang-orang yang berbicara keras (termasuk di dalamnya bergurau atau melakukan kegiatan yang membuat orang tersebut mudah didengar, dikenali atau diketahui lokasinya) sebagai bangkai yang baunya busuknya mudah tercium dan mengumpamakan orang-orang yang sibuk dengan urusan duniawinya saja sebagai keledai (yang disimbulkan sebagai binatang dungu). Naudzubillah!

Sekarang pada akhirnya, semua kembali kepada kita dengan suatu pertanyaan yang sama: Seberapa besar kita mencintai Allah SWT? Seberapa besar kita mencintai Rasulullah SAW? Bagaimana kita bisa mengenal Allah SWT, menggunakan pemahaman Islam tanpa mengikuti syari’at yang dibawa oleh Nabi kita tercinta Muhammad SAW? Ingatlah saudaraku, apa yang dikatakan oleh Rasulullah SAW adalah sebaik-baik perkataan seorang manusia yang pernah ada di muka bumi ini. Janganlah kita mendebatnya atau berdalih dengan banyak alasan dengan tujuan untuk mengabaikannya. Cobalah renungkan, saudaraku…

Akhirnya tulisan ini Al Fakir tutup dengan sebuah hadist lain yang sangat jelas maknanya:

Sabda Nabi :
“Telah kutinggalkan untuk kalian dua perkara yang (selama kalian berpegang teguh dengan keduanya) kalian tidak akan tersesat, yaitu Kitabullah dan Sunnah-ku.” Diriwayatkan oleh Hakim (I/172), dan Daruquthni (hadits no. 149). Diriwayatkan oleh Hakim (I/172), dan Daruquthni (hadits no. 149).

Wallahu’alam.

Subhanakallahuma wabihamdika asyhadu’alla ilaha illa anta astaghfiruka wa ‘atubuh ilaik… Maafkan segala kekurangan saya dalam penyampaian ini. Wassalam.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Get Well Soon My Sweety

  Ini adalah catatan pertamaku di tahun 2022, catatan pertama yang diawali dengan kesedihan. Kesedihan karena tulisan ini aku buat saat seda...